Search

Kisah pemuda Gaza daur ulang limbah kopi jadi pupuk ramah lingkungan

Majalahaula.id – Abdullah al-Safadi, seorang pemuda Gaza berusia 20-an tahun, mempromosikan daur ulang ampas kopi menjadi pupuk organik di komunitasnya.

​​​​​Pemuda itu, yang bekerja di sebuah kafe setempat, mengatakan kepada Xinhua bahwa warga di daerah kantong pesisir tersebut mengonsumsi sekitar tujuh ton kopi setiap harinya, yang berarti sedikitnya empat ton ampas kopi dihasilkan per hari.

Namun, kebiasaan membuang ampas kopi ke pipa saluran pembuangan menyebabkan limbah yang besar dan menyumbat pipa.

Setelah mencari informasi di internet, pemuda itu diam-diam memulai eksperimen kecilnya. Dia mengumpulkan ampas kopi dari kafe, mengeringkannya, dan mengaplikasikannya pada tanaman di tempat kerjanya sebagai pupuk. Seiring berjalannya waktu, ampas kopi juga dapat meningkatkan kualitas tanah, serta dapat digunakan berulang kali dan tanpa batas waktu, lanjutnyaBeberapa pekan kemudian, secara mengejutkan, tanaman itu tumbuh lebih cepat dan lebih kuat.

Baca Juga:  Jumpa Presiden Timor Leste, Jokowi Desak Tuntaskan Masalah Perbatasan

Al-Safadi tidak sabar membagikan kesuksesan tersebut kepada bosnya dan setiap tamu yang datang ke kafe.

“Saya sangat senang karena beberapa klien saya mengatakan bahwa metode ini juga berhasil untuk mereka,” tuturnya seperti dikutip dari antaranews.com.

Ampas kopi kaya dengan nitrogen dan secara alami mampu mengusir beberapa hama kebun yang umum, ujar al-Safadi, seraya menambahkan bahwa ampas kopi bahkan dapat digunakan untuk membuat “penghalang” yang tidak dapat ditembus oleh keong dan siput.

Guna mendapatkan manfaat seutuhnya dari ampas kopi, sebaiknya limbah kopi dikomposkan selama minimal 100 hari untuk menurunkan kadar kafein, asam klorogenat, dan tanin, urai al-Safadi.

Mariam al-Saady, salah satu pelanggan tetap kafe, melihat tanamannya tumbuh jauh lebih baik setelah menerapkan cara al-Safadi. Wanita berusia 34 tahun tersebut bahkan menyarankan agar budaya daur ulang diterapkan untuk mengatasi masalah-masalah lain di lingkungan.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA