Search

Tradisi Islam Nusantara Menggema dari The Sunrise of Java

Tradisi Islam Nusantara Menggema dari The Sunrise of Java

Majalahaula.id – Islam Nusantara menggema di Banyuwangi, Jawa Timur dalam acara Festival Tradisi Islam Nusantara yang dihelat untuk menyambut perayaan 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU). Acara yang digelar di Stadion Diponegoro, Banyuwangi, Senin (9/1/2023) itu dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Menko polhukam Mahfud MD, Menteri BUMN sekaligus ketua Steering Committee (SC) peringatan 1 Abad NU, Erick Thohir, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf, Yenny Wahid, Habib Syech dan sejumlah tokoh lain.

Festival Tradisi Islam Nusantara adalah satu dari tiga even besar jelang resepsi puncak 1 Abad NU yang akan berlangsung pada 7 Februari 2022 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo. Festival ini menyuguhkan lalaran alfiyah kolosal, kreasi hadrah nusantara dan bershalawat bersama Habib Syech. Selain itu digelar juga FGD dan penyusunan naskah tradisi Islam Nusantara.

Baca Juga:  Doa Keselamatan Bangsa di Haul Agung Sunan Ampel

Islam Nusantara sudah lama digaungkan oleh PBNU, khususnya di masa kepengurusan KH. Said Aqil Siraj. Terjadi pro dan kontra mengenai Islam Nusantara. Namun PBNU menegaskan bahwa Islam Nusantara bukan agama baru seperti yang dikecam oleh kelompok tertentu.

Ketua Umum PBNU Gus Yahya mengatakan gaung Islam Nusantara bukan hanya di dalam negeri tetapi juga ke seluruh dunia. Oleh karena itu, Islam Nusantara menjadi salah satu ikon dan wacana paling kuat di dalam pembicaraan tentang Islam wasathiyah di seluruh dunia. “Dunia mempercayai bahwa Indonesia dengan Islam Nusantara sungguh merupakan model peradaban Islam yang layak untuk diteladani,” kata Gus Yahya dalam sambutannya.

Alasan Banyuwangi Jadi Tuan Rumah Festival Tradisi Islam Nusantara

Banyuwangi menjadi tuan rumah Festival Tradisi Islam Nusantara (FTIN), salah satu rangkaian kegiatan Peringatan Harlah 1 Abad Nahdlatul Ulama. Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyampaikan bahwa Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari Nahdlatul Ulama. “Banyuwangi berbangga karena dipercaya menjadi tuan rumah rangkaian peringatan Tuan Rumah NU. Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari Nahdlatul Ulama,” kata Ipuk dalam sambutannya.
Pasalnya, Ipuk menjelaskan bahwa kota di ujung tenggara Jawa Timur itu merupakan tempat kelahiran Shalawat Badar yang identik dengan NU. Shalawat ini lahir dari Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyuwangi, yaitu KH Ali Manshur. “KH Ali Manshur menggubah syair Shalawat Badar untuk pertama kalinya diciptakan dan dilantunkan di Banyuwangi,” ujarnya.

Baca Juga:  PC LTM-NU Kencong Siapkan 2 Masjid untuk Masjid NU Terbaik

Di samping itu, Ipuk juga menyampaikan bahwa Banyuwangi menjadi tempat kelahiran Gerakan Pemuda Ansor, salah satu badan otonom NU. Pembentukan organisasi ini terjadi pada Muktamar Ke-9 NU di Banyuwangi pada 24 April 1934 M atau bertepatan dengan 10 Muharram 1353 H. “Berdirinya GP Ansor saat Muktamar Ke-9 NU 24 April 1934,” imbuh Bupati.

Sementara itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf berharap bahwa festival ini dapat melahirkan berkah dunia akhirat yang besar bagi seluruh masyarakat. “Bukan hanya terdapat elemen unsur budaya yang sangat bernilai, tetapi di dalamnya terdapat barokah dunia akhirat yang raksasa,” ungkap pria yang akrab disapa Gus Yahya ini.

Baca Juga:  NU Pasuruan Gelar Napak Tilas dan Kirab menuju Gelora Delta Sidoarjo

Sebab, katanya, dari satu kota Banyuwangi saja terdapat kelahiran Shalawat Badar yang sangat berpengaruh bukan hanya bagi NU, tetapi juga seluruh bangsa. “Dari banyuwangi ini saja, telah lahir karya agung shalawat badar yang digubah Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyuwangi Allah yarham KH Ali Manshur,” ujarnya. “Sudah dibuktikan haibah dan barkahnya untuk bangsa dan negara, bukan hanya untuk NU saja,” terangnya. (Vin)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA