Search

Solo Gelar Grebeg Sudiro 2023

Solo Gelar Grebeg Sudiro 2023

Majalahaula.id – Pemerintah Kota Surakarta kembali menggelar Grebeg Sudiro 2023 pada 10 hingga 30 Januari nanti. Ada sederet kegiatan yang masuk dalam rangkaian event budaya tahunan Kota Solo ini.

Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menyampaikan, Grebeg Sudiro merupakan event yang mencerminkan akulturasi seni budaya Jawa-Tionghoa sebagai refleksi dari kawasan Sudiroprajan sebagai ‘Kampung Pembauran’.

Melalui akun @gibran_rakabuming, anak sulung Presiden Jokowi ini membagikan rangkaian acara Grebeg Sudiro 2023 di Solo.

Dimulai pada tanggal 12 Januari 2023 digelar Umbul Matraman, dilanjutkan dengan Karnaval Budaya yang digelar pada 15 Januari 2023. Terdapat pula Bazar Potensi 10 sampai 30 Januari 2023. Panggung Pentas Seni digelar 10 sampai 30 Januari 2023. Wisata Perahu Hias 10 sampai 30 Januari 2023. dan Panggung Harmoni Sudiro 21 Januari 2023.

Baca Juga:  Penerapan Ganjil Genap di Puncak Bogor

“Yuk, meriahkan acara ini! Ajak teman dan keluarga ke sini, ya!” ajak Gibran.

Grebeg Sudiro berasal dari dua susunan kata yaitu Grebeg yang berarti perkumpulan dan Sudiro merujuk singkatan dari desa Sudiroprajan.

Grebeg Sudiro telah digelar sejak 2007 di Kelurahan Sudiroprajan. Tapi, pada masa Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X (1893-1939), kegiatan ini juga pernah digelar yang dikenal sebagai “Buk Teko”, penyambutan perayaan menjelang Hari Raya Imlek.

Dahulu Grebeg Sudiro ini merupakan perayaan kecil yang dirayakan dari kampung ke kampung. Karena terkenal dengan keunikan perpaduan negara tersebut membuat Pemerintah Kota Solo menyambut dengan positif dan dijadikan sebagai perayaan tahunan di kota Solo.

Perayaan ini biasanya diadakan tujuh hari sebelum Tahun Baru Imlek. Festival Grebeg Sudiro merupakan simbol penggarapan tradisi Tionghoa dan Jawa yang melebur dalam suasana hangat toleransi.

Baca Juga:  Mie Gacoan Resmi Kantongi Sertifikat Halal

Sebelum puncak acara dilangsungkan, ada beberapa ritual sedekah bumi berupa arak-arakan menyusuri kampung dengan iringan musik, tari tradisional dan diakhiri dengan doa untuk memohon keselamatan bangsa.

Acara puncak akan diselenggarakan dengan kirab budaya kesenian tradisional yang mengiringi arak-arakan gunungan kue keranjang, makanan khas yang wajib ada saat perayaan itu.

Tradisi puncak diakhiri oleh warga dan penonton yang saling rebutan kue keranjang, yang dipercaya akan membawa keberkahan.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA