Search

Gus Dur Sosok Ayah yang Sayang meski Tak Ekspresif

Majalahaula.id – Zannuba Ariffah Chafsoh adalah 1 dari 4 putri yang sering terlihat menemani sang ayah. Karena itu, tak heran jika putri kedua pasangan KH Abdurrahman Wahid dan Sinta Nuriyah ini saat ditanya tentang kenangan tak terlupakan akan sosok sang ayah, ia menjawab sangat banyak.

Ingatan membawanya saat masih kecil, banyak sekali memiliki pensil warna. Pensil warna itu adalah oleh-oleh dari Gus Dur setiap kali pulang dari luar negeri.

“Bapak sering pergi tapi Bapak selalu berusaha memberikan perhatian kepada anak-anak dan keluarga lewat hal kecil. Misalnya, setiap ke luar negeri, Bapak tidak pernah lupa membelikan oleh-oleh untuk kita. Karena waktunya terbatas, jadi mungkin oleh-olehnya beli di pesawat, dan biasanya pilihannya kan terbatas. Jadi saya punya tumpukan pensil warna oleh-oleh dari Bapak,” ujar Yenny Wahid sapaan akrabnya.

Baca Juga:  Zainudin Paru Stop Publikasi Hasil Sirekap

Satu lagi ingatannya tentang sosok ayahnya adalah teladan atau contoh bagi anak-anaknya untuk menerapkan prinsip kesetaraan gender.

Direktur Wahid Institute (2004-2016) itu mengungkapkan, keluarganya menerapkan prinsip bahwa laki-laki dan perempuan harus berbagi peran dalam kehidupan rumah tangga. Yenny pun menceritakan soal peran sang ayah mencuci piring hingga menyiapkan bahan jualan.

“Waktu saya bayi, kalau saya mandi, yang mengangkat bayi dari boks diberikan ke ibu saya itu Gus Dur, Bapak saya. Dari kecil kami sangat terbiasa melihat Gus Dur bantuin cuci piring, bantuin Ibu saya bungkusin kacang besoknya mau dijual ke warung,” tutur mantan jurnalis ini.

Bagi Yenny, kenangan paling tak terlupakan adalah saat Gus Dur mengajak keluarganya liburan ke luar negeri.

Baca Juga:  Maia Estianty Pesan kepada Korban KDRT

“Kami beberapa kali ke luar negri. Ke Jepang waktu saya remaja. Lalu ke Eropa sekeluarga. Kami ke Disneyland di Paris. Pengalaman yang tidak pernah terlupakan,” katanya sambil tersenyum.

Yenny mengingat sosok ayahnya yang tipikal orang Jawa dan produk pesantren. “Bapak itu sulit mengekspresikan kecintaannya pada anak-anaknya. Tidak bisa ekspresif langsung,” imbuhnya. Jadi, Yenny tidak pernah mendengar atau melihat langsung pujian ayahnya.

“Kita suka denger justru dari temen-temennya Bapak, eh Bapakmu itu kemarin cerita loh kamu baru dapat penghargaan begini. Tapi Bapak enggak akan pernah ngomong langsung ke anaknya. Ya, paling cuma ngomong iya bagus,” Yenny menjelaskan.

Selengkapnya baca majalah Aula edisi Desember 2022.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA