Search

Pendidikan Unggul MI Nurul Islam Lumajang

Majalahaula.id – Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Islam Desa Bades Kecamatan Pasirian, lolos tahap Visitasi Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim) Award 2022. Dengan klasifikasi sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam unggulan di bawah Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Lumajang.

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lumajang, H Jamaluddin menjelaskan beberapa ciri atau indikator pendidikan dianggap unggul. “Kalau dulu, indikator pendidikan unggul bisa dilihat dari seberapa banyak muridnya, bagusnya gedung, fasilitas lengkap dan nilai akreditasi yang baik. Dan saat ini berbeda,” tuturnya. Hi

“Kalau sekarang pendidikan dianggap unggul melihat literasi, numerasi atau bagaimana sekolah bisa menerapkan sebuah konsep dan punya karakter,” katanya.

Untuk mewujudkan hal itu, kata Abah Jamal, ada beberapa hal yang harus dipenuhi. Di antaranya memiliki tenaga pendidik yang kompeten di bidangnya dan mampu menelurkan ide inovatif dan kreatif.

Baca Juga:  Sederet Keunggulan Ini Antarkan Pergunu Lumajang Juarai PWNU Jatim Award 2019

“Tentunya selain itu juga harus komitmen, punya motivasi tinggi dan penuh tanggung jawab, pekerja keras berani mengambil risiko, tidak takut gagal dan mampu berinisiatif serta mau menerima ide baru,” imbuhnya.

Abah Jamal berpesan kepada guru untuk terus belajar. Karena tantangan pendidikan ke depan akan semakin berat mengingat terus berkembangnya teknologi yang harus terus diimbangi.

“Salah satu tantangan guru sekarang kurang melek dalam literasi teknologi dibandingkan peserta didiknya. Maka selain tugas membuat perencanaan pembelajaran, mengajar, menilai dan mengevaluasi, guru harus melek teknologi,” paparnya.

Kilas Sejarah

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Islam Kota Lumajang berdiri pada 28 Februari 1928. Pada masa itu, awalnya masyarakat sepakat untuk membangunkan sebuah pondok pesantren bagi KH. Anas Machfudz. Tetapi beliau lebih senang mengasuh madrasah untuk lebih cepat bisa mencetak tenaga-tenaga guru yang bisa segera disebarkan ke pelosok-pelosok desa.

Baca Juga:  Buktikan Komiten Kebangsaan, Ansor Riau Gelar Apel Kebangsaan

Begitu madrasah dibuka dengan mengambil tempat di musholla (langgar) Kiai Bakri di Klojen, ternyata banyak peminatnya. Sehingga menggugah semangat orang tua untuk segera mengusahakan adanya bangunan gedung madrasah yang permanen.

Kebetulan di sebelah utara Masjid Jami’ (Masjid Agung) Jalan Alun-Alun Barat Lumajang ada sebidang tanah dengan bangunan rumahnya. Dengan dipelopori oleh KH. Zain Idris, ayah dari KH. Anas Mahfudz, tanah tersebut segera dibeli dari pemiliknya Raden Bronto dengan harga f. 1150.

Di atas tanah tersebut segera dibangun (setelah bangunan rumahnya dibongkar) gedung Madrasah Nurul Islam dengan dua lantai, terdiri dari 6 lokal atas bawah, masing-masing dengan sebuah kantor. Seluruhnya menelan biaya secara gotong royong f.12.000.

Baca Juga:  Fatayat NU di Sulsel Gelar LKD di Alam Terbuka

Adapun kepala madrasah yang pertama kali adalah KH Anas Machfud, sedangkan presiden / ketua yayasan pada saat itu adalah KH Zain Idris.

Kini Madrasah Nurul Islam tersebut telah menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Maarif NU Nurul Islam Kota Lumajang dengan predikat sebagai lembaga unggulan PW. Maarif NU Jawa Timur.

Menurut Kepala MI Kota Lumajang saat ini, Ustadz Muhaimin Aly, jumlah siswa-siswa MI sekarang sebanyak 882 anak dan telah memiliki 2 kampus dengan rincian kampus 1 di Jalan Alun-alun Barat nomor 2 Citrodiwangsan dan kampus 2 (baru) di Jalan Kali Glidik nomor 4 Jogotrunan Lumajang. Dy

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA