Majalahaula.id – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM), Teten Masduki optimis pilot project produksi minyak makan merah berjalan sesuai rencana, yaitu dapat di-launching pada Januari 2023.
Pro duksi minyak makan merah melalui koperasi petani sawit ini merupakan upaya pemerintah untuk mendorong terciptanya kesejahteraan petani. Saat ini sebanyak 41 persen dari 15 juta lahan sawit dikelola petani secara mandiri. Potensi tersebut, tentunya mampu menumbuhkan kesejahteraan petani melalui program korporatisasi kebun sawit.
Selain bermanfaat dari segi ekonomi, minyak makan merah disebut bermanfaat pula dari segi kesehatan menimbang ada kandungan pro vitamin A dan vitamin E yang tinggi yang bermanfaat untuk mengatasi stunting.
“Prosesnya beda, karena kalau minyak goreng yang sekarang yang warna bening itu kan setelah melalui proses bleaching atau dibersihkan yang bisa saja menurunkan kandungan vitamin A-nya. Nah jadi kalau minyak makan merah ini kandungan pro vitamin A-nya sangat tinggi,” kata Teten di lokasi pabrik kelapa sawit, Deli Serdang, Sumatera Utara pada Jumat, seperti termuat dalam siaran pers.
Teten melanjutkan, kualitas produksi tidak perlu diragukan lagi. Selain kaya akan vitamin, hasil masakan pun sama sekali tidak mengubah rasa. Terbukti beberapa waktu yang lalu KemenKopUKM sudah melakukan demo masak bersama salah satu chef ternama terkait penggunaan minyak makan merah.
“Salah satu chef sudah mencoba berbagai minyak. Dari segi cita rasa, tak ada perbedaan dengan minyak apapun, walaupun merah, tak kemudian makanannya menjadi merah,” ujarnya.
Pada kunjungan kerja itu, Menteri Teten menyaksikan Penandatanganan nota kesepahaman antara PTPN III dengan Koperasi Putra Jawa Kelahiran Sumatera (Pujakesuma) tentang kerja sama penyerahan pemanfaatan tanah untuk lokasi pembangunan dan penyediaan bahan baku serta fasilitas pabrik minyak makan merah. Lalu, dilanjutkan dengan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan pabrik minyak makan merah.
Ketua Koperasi Pujakesuma, Oktri Wirawan merasa bangga karena koperasinya terpilih menjadi koperasi pilot project pengembangan minyak makan merah, terlebih memang teknologi minyak makan merah ini dimiliki oleh PPKS.
“Bangga bisa bekerja sama langsung dengan penemu teknologinya sehingga apapun nanti kendalanya yang kami hadapi bisa langsung dikonsultasikan dengan PPKS,” kata Oktri.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Kelompok Peneliti Hilirisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Frisda Rimbun Pandjaitan menyatakan progress secara kontruksi pengembangan minyak makan merah saat ini mencapai 25 persen.
Hal terebut dikarenkan curah hujan di Sumatera Utara yang realitif tinggi dan alat-alat pabrik yang masih dalam proses pemesanan.
“Progress kita secara keseluruhan sudah 25 persen dalam konstruksi karena sebagian alat dan mesin masih dalam proses preorder. Selain itu curah hujan di Sumatera Utara akhir-akhir sangat luar biasa sehingga memang agak menganggu kecepatan kita didalam pembangunan pabrik,” ucap Frisda.
Namun demikian, Frisda berharap pembangunan pabrik dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang diberikan.
“Kita berharap mudah-mudahan bisa selesai, kami juga sangat berharap piloting yang pertama ini jadi data pertama sehingga kami akan mengevaluasi, jadi nanti kalau dikelola oleh koperasi akan terdata dengan bagus sehingga bisa menjadi blueprint untuk koperasi-koperasi lainnya,” kata Frisda.