Majalahaula.id – Pengasuh Pesantren Darul Rahman Jagakarsa, Jakarta Selatan ini menegaskan bahwa Islam adalah agama peradaban. Islam tak hanya membahas tentang ibadah, namun mengangkat tentang kehidupan manusia di berbagai sisi kehidupan.
“Agama Islam merupakan agama peradaban. Islam tidak hanya bicara soal ibadah saja. Akan tetapi, Islam juga bicara tentang kehidupan umatnya. Mulai soal rumah tangga hingga urusan bernegara. Mulai ekonomi, politik, hingga urusan masa depan umat,” kata kiai kelahiran Sampang, 21 Desember 1941 ini pada Ahad (04/12/2022).
Oleh karena itu, ia mengajak umat agar memperlihatkan agama Islam di tengah semua agama yang ada supaya akal manusia berpikir mana agama yang pantas dipilih. Sehingga umat Islam wajib memperlihatkan Islam ini melalui syiar seperti majelis ilmu pada pagi ini.
“Ternyata inilah agama yang baik, inilah agama yang masuk akal. Mari kita perlihatkan semua bagaimana peradaban ekonomi dalam Islam. Kita perlihatkan juga peradaban kita dalam berpolitik, dalam bernegara,” tuturnya dalam acara kuliah subuh yang diinisiasi oleh Lembaga Pengkajian Masalah Agama (LPMA) Masjid Jami’ Ayub Al-Wasal Ciganjur, Jagakarsa.
Kiai Syukron mengungkapkan alasan mengapa Islam berbicara semua peradaban mulai rumah tangga adalah agar semua anggota rumah tangga bermoral. “Suaminya orang yang berakhlakul karimah, istri dan anak-anaknya semuanya berakhlakul karimah sampai pembantunya juga demikian. Inilah peradaban Islam,” sambungnya.
Mengapa pula Islam berbicara soal RT/RW, adalah supaya anggota masyarakat yang ada berakhlak dan bermoral. Jangan sampai masyarakatnya adalah orang-orang tak bermoral yang akan merusak masyarakat itu sendiri.
“Mengapa Islam berbicara tentang peradaban ekonomi, supaya pelaku-pelaku ekonomi ini merupakan orang yang berakhlak, bukan orang yang menipu, mengurangi timbangan, misalnya. Tapi, pelaku-pelaku ekonomi di pasar-pasar itulah mereka orang yang berakhlak. Rasulullah bersabda yang artinya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia,” terangnya.
Kiai Syukron menambahkan bahwa Islam juga bicara soal politik. Justru yang melarang kiai bicara politik adalah Belanda. “Kalau sekarang ada orang melarang kiai bicara politik itu berarti merupakan anak turunnya Belanda,” tegasnya. (Ful)