Majalahaula.id – Wakil Gubernur Jawa Tengah ini menceritakan sosok Sayyidah Khadijah sebagai perempuan berilmu yang cerdas. Hal ini tampak dari pilihannya yang jatuh pada Nabi Muhammad SAW sebagai suami yang diidam-idamkannya. Sebab, Sayyidah Khadijah sudah memahami kitab-kitab Injil, Taurat, dan Zabur yang memuat tentang sosok nabi masa depan. Karakteristiknya itu tampak dalam diri Muhammad yang bekerja padanya.
“Itu (kitab-kitab) menerangkan suatu hari nanti akan datang seorang nabi akhir zaman yang bernama Ahmad dan itu dicerna oleh Sayyidah Khadijah,” kata Gus Yasin, sapaan akrabnya, saat menyampaikan sambutan pada Konferensi Internasional Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jawa Tengah, Rabu (23/11/2022).
Gus Yasin menjelaskan bahwa sebetulnya banyak orang kaya nan terpandang, serta berkedudukan tinggi di Jazirah Arab yang berharap bisa meminang Sayidah Khadijah. Namun, semuanya itu ditolak. Sayidah Khadijah melihat Nabi Muhammad kecil beranjak ke remaja itu diajak untuk berniaga, menjalankan perdagangan dengan pendamping-pendamping dari orang-orang Sayidah Khadijah. Terakhir, Nabi berniaga ke Syam.
Sayidah Khadijah tidak bertanya mengenai hasil perdagangannya saat itu, melainkan bagaimana pengalaman pendamping Nabi Muhammad itu menyertai Muhammad berniaga sampai ke Syam. Diceritakan, pohon bersujud semuanya memberikan hormat kepada Nabi sampai awan pun memberikan perlindungan kepada Nabi Muhammad.
“Dan ketika itulah akhirnya Khadijah menentukan pilihan hidupnya untuk berkhidmah kepada Nabi Muhammad,” katanya.
Apalagi ketika menjelang Nabi Muhammad menyampaikan kepada Sayyidah Khadijah untuk menyendiri khalwat di Gua Hira. Itulah momen yang ditunggu Sayidah Khadijah. “Karena beliau ingin khidmah kepada Nabi,” ujarnya.
Ia harus menunggu 15 tahun mengingat ketika menikah, usia Nabi Muhammad baru 25 tahun sedangkan diangkat sebagai Nabi pada usia 40 tahun. “Itu membutuhkan waktu 15 tahun dan itu Khadijah sabar menunggu, selalu dinantikan,” katanya.
Sayidah Khadijah tidak segan naik turun Gua Hira guna memberikan pendampingan kepada Nabi. Tidak mengeluh saat mengantar makanan kepada Nabi Muhammad SAW karena dilandasi keilmuan seorang perempuan. (Ful)