Majalahaula.id – Pola kehidupan di pondok pesantren memiliki sejumlah tantangan termasuk dalam persoalan kesehatan. Untuk itu menjelang Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Award 2022 diadakan lembaga dan badan otonom yang ada di NU perlu saling berbenah.
Salah satunya bisa dengan kolaborasi seperti yang dilakukan Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) dan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU Ponorogo.
Anggota Lembaga Kesehatan (LKNU) Ponorogo Jawa Timur, dr Riza Mazidu Sholihin mengatakan tantangan kesehatan di pesantren disebabkan beberapa faktor, diantaranya sanitasi dan fasilitas kesehatan yang terbatas, santri berasal dari berbagai daerah yang berbeda, serta pola mentalitas yang tinggi.
Tantangan atau situasi tersebut menyebabkan munculnya gejala penyakit yang sering muncul di pesantren.
“Beberapa gejala penyakit yang sering muncul di pesantren pertama gatal-gatal yang disebabkan bisa karena jamur, bakteri, serangga, parasit serta kutu atau scabies. Kemudian sesak nafas yang diakibatkan faktor psikologis, stres, kaget dan depresi, TBC dan asma,” kata dr Riza, Ahad (13/11/2022).
Gejala penyakit lainnya adalah demam yang disebabkan oleh tifoid, malaria, demam berdarah dan Hepatitis A, dan masuk angin atau kecapekan, tersengat matahari ataupun dehidrasi. Demam juga bisa disebabkan virus dan bakteri, turunnya daya tahan tubuh karena stress, dingin dan perubahan cuaca.
“Gejala penyakit yang ditemui di pesantren berikutnya adalah pingsan akibat sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah, keracunan, terkejut atau kaget, lapar dan haus, kondisi fisik lemah, kepanasan,” imbuhnya.
Berikutnya adalah rasa tidak nyaman di perut yang disebabkan seperti terlambat makan, memiliki riwayat maag, memakan makanan pedas atau asam yang merangsang diare.
Munculnya gejala-gejala penyakit tersebut, menurut dr Riza, sangat penting diketahui bagi masyarakat pesantren untuk meningkatkan kembali kesadaran persoalan kesehatan. Salah satu yang dilakukan adalah dengan program Santri Husada Insani (Santri Husain) untuk pengurus pondok pesantren yang diluncurkan Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Ponorogo.
“Peluncurannya dilakukan pada 28 Oktober 2022 bersama RSU Muslimat Ponorogo,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut juga dilakukan sarasehan kesehatan yang diikuti 31 pondok pesantren di bawah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Ponorogo.
Ketua PCNU Ponorogo, Kiai Fatchul Aziz menyambut baik program Santri Husada Insani (Santri Husain). Menurutnya, program layanan kesehatan bagi santri di lingkungan pesantren sangatlah penting. Hal itu dikarenakan santri yang mondok di pesantren itu jauh dari orang tua dan keluarga sehingga pengurus pondok itulah yang menjadi keluarganya ketika ada santri yang sakit.
“Pengurus pondok yang akan mengurus apabila ada santri yang sakit. Oleh karena itu bekal materi kesehatan sangat diperlukan oleh pengurus pondok. Tanpa itu akan kesulitan ketika ada santri yang sakit. Selain itu jaringan dengan Rumah Sakit sangat diperlukan sebagai rujukan apabila ada santri sakit yang perlu dirawat,” kata Kiai Fatchul Aziz.
Sementara itu, Direktur RSU Muslimat Ponorogo dr Andy Nurdiana menyampaikan siap mendukung program Santri Husain. “Kami siap membantu apabila ada santri atau kiai yang sakit, bahkan apabila diperlukan kami siap menjemput dengan ambulans ke pondok,” tuturnya. Dy