Majalahaula.id – Perhimpunan Pengasuh Pesantren Indonesia (P2I) menggelar Konferensi Pengasuh Pesantren se-Asia Tenggara dan Musyawarah Nasional (Munas) pada 7-8 November 2022 di Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta. Dalam konferensi ini, para pengasuh pesantren membahas upaya internasionalisasi pendidikan pesantren.
Pimpinan Pesantren Darunnajah Jakarta, KH Hadiyanto Arief mengatakan, konferensi ini merupakan kedua kalinya setelah yang pertama digelar pada 2017. Dia berharap konferensi ini dapat melahirkan sinergi antara pesantren modern dan salaf untuk internasionalisasi pesantren.
“Kami ingin konferensi ini melahirkan dan bersinergi dengan pesantren-pesantren, sehingga nanti kita bisa mempercepat dan memperkuat kelembagaan pesantren, sehingga pesantren ini harapannya kedepannya bisa menjadi internasionalisasi,” ujar Kiai Arief saat dihubungi Republika, Selasa (8/11/2022).
Dia menjelaskan, banyak negara-negara yang berminat terhadap model pendidikan pesantren Indonesia, seperti negara Afghanistan dan Pakistan. Bahkan, menurut Kiai Arief, mereka sudah datang beberapa kali ke Indonesia dan meminta pihaknya untuk membuka cabang pesantren di negaranya.
“Dan ini bukti bahwa kita telah mendidik umat muslim yang inklusif, yang toleran, yang moderat, yang bisa menjadi faktor pemersatu bagi sebuah bangsa. Dan ini yang ingin kita impor keluar. Jadi kita mengimpor model pendidikan yang inklusif, yang moderat dan segala macam,” kata dia.
Kiai Arief mengatakan, sejauh ini sudah ada beberapa pesantren di beberapa negara di Asia Tenggara. Menurut dia, pesantren tersebut didirikan oleh para alumni pesantren Indonesia. Semangat inilah yang ingin terus digaungkan.
“Ini ingin kita gaungkan bahwa pesantren ini mampu dipublikasi dicopy paste untuk dikembangkan di negara-negara yang tertarik untuk memperjuangkan Islam yang toleran, yang damai yang rahmatan lil alamin,” ucap dia.
Konferensi internasional ini dihadiri sekitar 280 perwakilan pesantren dari Malaysia hingga Timor Leste. Mereka berbagi ilmu dan pengalaman selama membangun pesantren di negaranya masing-masing.
Dengan berkumpulnya para pengasuh pesantren se-Asia Tenggara ini diharapkan bisa saling membantu dalam pembangunan sebuah pesantren.
Kiai Arief menjelaskan, konferensi ini dihadiri 60 persen dari pesantren modern dan 40 pesantren dari pesantren salaf.
Meskipun berbeda warna, kata dia, para pimpinan pesantren yang tergabung dalam P2I telah bersinergi dan memikirkan pendidikan dan peran pesantren untuk kedepannya.
“Semangat utamanya adalah P2I atau konferensi internasional ini sebenarnya adalah gerbong pengasuh pesantren se-Indonesia yang memang telah melepas batas dikotomi. Artinya kita tidak membeda-bedakan antara pesantren modern ataupun salaf,” jelas Kiai Arief.
Konferensi internasional ini juga diwarnai dengan peresmian Universitas Darunnajah. Menurut dia, di kampus ini nantinya juga akan membuka program studi Manajemen Pesantren. Karena, menurut dia, manajemen juga penting untuk penguatan kelembagaan pesantren.