Majalahaula.id – Perempuan yang menjadi Sekretaris Jenderal National Plastic Action Partnership ini memberikan dukungan kepada pelajar asal Gresik Aeshnina Azzahra Aqilani untuk terus bergerak mengampanyekan Indonesia bebas sampah plastik. Terbaru, pada 3-4 November, gadis yang kini menjadi santri di Pesantren Al-Amanah, Sidoarjo, itu diundang Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investsi dalam G20 Preparatory Meeting di Bali.
Acara bertajuk Beating Plastic Pollution from Source to Sea merupakan aksi dan diskusi nasional. Tujuannya, mendorong tercapainya target pemerintah dalam pengurangan sampah plastik ke laut hingga 70 persen pada 2025. Nina, panggilan Aeshnina Azzahra Aqilani, hadir mewakili suara anak muda untuk berpartisipasi dalam pengurangan plastik.
Pada forum dialog itu, Nina menjadi penanggap dari paparan bersama Yenny Wahid. Putri KH Abdudrahman Wahid (Gus Dur) itu memberikan apresiasi kepada Nina sebagai anak muda yang terus menyuarakan bahayanya penggunaan plastik untuk kesehatan dan masa depan bumi.
“Bersama Nina, kita mendukung upaya untuk mewujudkan sebuah kantin yang bebas plastik. Sampahnya jangan banyak-banyak. Dalam Islam, kita sama-sama tahu, kebersihan adalah sebagian dari keimanan kita. Yuk, kita tunjukkan dengan menciptkan kantin bebas plastik,” ujar Yenny, yang juga Ketua Badan Pengembangan Inovasi Strategis PBNU itu.
Sementara itu, Nina memimpikan anak-anak muda dapat menjadi role model pengurangan plastik sekali pakai. Seperti membawa botol minuman sendiri, membawa tas dari rumah, tepak makan, dan sejenisnya.
“Karena plastik adalah bagian dari krisis iklim,” ujar Nina dalam G20 Preparatory Meeting di International Bali Resort, Uluwatu, Jimbaran Bali, itu.
Dia menjelaskan, plastik bukan sekadar masalah pengelolaan sampah. Namun, sumber penyebabnya adalah produksi dan konsumsi plastik yang terlalu berlebihan. Di sisi lain, sarana penanganan sampahnya tidak banyak tersedia.
“Plastik adalah penyumbang emisi karbon dalam setiap tahap daur hidupnya,” ungkap gadis yang beberapa kali mendapat penghargaan bidang lingkungan tersebut.
Plastik, lanjut Nina, dibuat dari minyak bumi dengan penambahan bahan kimia beracun yang dapat mengganggu hormon, gangguan syaraf hingga memicu kanker. “Kita butuh target ambisius untuk mengurangi produksi dan konsumsi plastik tersebut,” tegasnya. (Ful)