Search

Bu Nyai Nusantara Berikan Perhatian Lebih pada Santriwati

Majalahaula.id – Akhir-akhir ini banyak terjadi peristiwa buruk mencuat dari pondok pesantren. Di antaranya kekerasan seksual pada santri putri. Namun perhatian publik cenderung kepada pelaku.

Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Panitia Silatnas III Bu Nyai Nusantara, Nyai Hajjah Royannach Ahal, saat rapat panitia di Semarang, Jumat, 4 November 2022.

Menurut Pengasuh Ponpes Putri Permata, Kajen Margoyoso, Pati, Jawa Tengah itu, pelaku dihujat, pemerintah turun tangan, norma hukum ditegakkan.

Ketika pelaku dijatuhi hukuman berat, masyarakat merasa sudah puas. Padahal yang harus lebih diperhatikan, kata dia, adalah korbannya.

Si korban sudah pasti bubrah kegiatan belajarnya, kacau jadwal ngajinya. Pemerintah maupun LSM, sangat terbatas aksesnya memberi advokasi.Satu-satunya pihak yang paling dekat pada masalah tersebut adalah Ibu Nyai.

Baca Juga:  Gunung Anak Krakatau Erupsi, Lontaran Abu Setinggi 1 Kilometer

Pengasuh pesantren putri inilah yang mengatasi masalah tersebut dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu.
Juga menderita tekanan batin alias trauma kejiwaan yang sangat berat.

Pemerintah maupun LSM, sangat terbatas aksesnya memberi advokasi. Satu-satunya pihak yang paling dekat pada masalah tersebut adalah Ibu Nyai.

Pengasuh pesantren putri inilah yang mengatasi masalah tersebut dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu.

Karena itu, lanjut dia, para pengasuh pesantren putri (disebut Bu Nyai) dalam naungan Rabitah Maahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama (NU), akan menggelar Silaturahim Nasional Ketiga (Silatnas III) Bu Nyai Nusantara, di Hotel Patra Jasa Semarang, Senin-Selasa, 7-8 November 2022.

Baca Juga:  Fase Kepulangan, 42.605 Jamaah Tiba di Tanah Air

Acara ini akan membahas segala persoalan pesantren putri dan peran Bu Nyai sebagai ulama perempuan.

“Tanggung jawab mengasuh santri putri jauh lebih berat dari santri putra. Santri putri punya masalah lebih banyak, dan penanganannya lebih sulit dari pada santri putra,” ujar dia.

Bu Nyai yang akrab dipanggil Yannah ini memberi contoh.

Ketika terkena perundungan (bulliying), butuh waktu lama menyembuhkan trauma korbannya.

“Kalo santri putra, ada yang diejek sampai berkelahi, mudah selesai rukun kembali. Sedangkan santri putri, diejek temannya, bisa ngambek tak mau mengaji berhari-hari,” tutur istri Kiai Mujibur Rachman Ma’mun Kajen, Pati ini.

Dia lanjutkan, ada santri putri melanggar aturan atau nakal misalnya, mengatasinya tidaklah mudah.

Baca Juga:  MUI Tak Setuju Izin Ponpes Shiddiqiyyah Jombang Dicabut

Bisa tidak mempan ditakzir (diberi sanksi oleh pengurus).
Harus memakai pendekatan khusus yang hanya bisa dilakukan oleh wanita kepada wanita.

“Santri putri bermasalah di pondok, umumnya karena masalah di rumah. Umumnya karena bapak dan ibunya tidak rukun. Yang mengatasi _broken home_begitu, siapa lagi kalau bukan Bu Nyai,” tutur Yannah.

Dia beberkan, Silatnas III ini juga akan dimeriahkan pameran produk usaha kecil dan kerajinan jahit para Ibu Nyai.

Salah satu sidang dalam acara ini akan membahas kemandirian dan penguatan ekonomi kreatif.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA