Majalahaula.id – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) meresmikan enam desa devisa baru. Keenam desa, yaitu Desa Parengan (Tenun Ikat) di Lamongan, Desa Punjung (Olahan Jahe) di Pacitan, Desa Minggirsari (Kendang Jimbe) di Kabupaten Blitar, Desa Ngubalan (Kerajinan Akar Jati) di Ngawi, serta dua Desa Batik dan Tenun Gedog di Tuban, yaitu Desa Margorejo dan Desa Kedungrejo.
Khofifah optimistis peresmian desa devisa baru tersebut akan mampu meningkatkan kinerja ekspor Jatim utamanya dari pengusaha yang berbasis UMKM.
“Kita berharap ini bisa meningkatkan kinerja ekpsor, dan sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat utamanya perajin,” kata Khofifah dikutip dari republika.co.id, Rabu (2/11/2022).
Khofifah menambahkan, tujuan utama dibentuknya desa devisa adalah untuk mengekskalasi market produk lokal untuk bisa masuk ke pasar ekspor. Dimana dalam program ini juga disediakan mentor-mentor ahli yang akan mendampingi pelaku usaha untuk bisa meningkat daya saingnya hingga bisa menembus pasar ekspor.
Menurut Khofifah, program desa devisa merupakan bentuk nyata pemberdayaan masyarakat, utamanya agar ekspor bisa dimulai dari lini mana saja. Melalui program desa devisa, kata dia, bisa dipetakan dan diprioritaskan wilayah yang memiliki produk unggulan sejenis, atau produk komplementer.
“Sehingga dapat saling memperkuat dan menguatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Khofifah berharap, kuota desa devisa di Jatim dari LPEI semakin ditambah. Sebab, secara tidak langsung desa devisa merupakan jembatan produk lokal untuk menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Jatim, bahkan nasional.
“Ini ikhtiar kita bersama dalam mendukung agar bisa tercapai perluasan market dan peningkatan daya saing dari produk-produk UKM dan IKM kita hingga ke pasar global,” kata Khofifah.
Direktur Pelaksana Bidang Hubungan Kelembagaan LPEI, Chesna F Anwar menyampaikan, program desa devisa merupakan upaya pemerintah dalam mengembangkan UMKM agar bisa menembus pasar ekspor. “Program kolaborasi hingga September 2022 yang sudah kami laksanakan yaitu pelatihan pada 604 peserta dan menghasilkan 50 eksportir baru,” kata Chesna.
Chesna menambahkan, desa devisa di Jatim adalah yang terbanyak di Indonesia. Dimana, sebelum penambahan enam desa devisa baru, telah ada pendampingan LPEI pada 22 desa devisa. Dengan tambahan enam desa devisa tersebut, pihaknya optimistis akan semakin mendorong produk lokal Jatim tembus ke pasar global.
“Ini merupakan desa devisa terbanyak di Indonesia. Dan dari segi Pembiayaan ekspor segmen UMKM, LPEI telah menyalurkan pembiayaan ekspor Rp 5,4 trilliun per Juni 2022,” ujarnya.