Majalahaula.id – Pertama kalinya setelah lebih dari dua tahun karena pademi, pelaksanaan wisuda di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dilakukan secara luring (offline). Sebanyak 926 mahasiswa diwisuda Sabtu (17/9). Jumlah ini merupakan terbesar dalam sejarah wisudawan Unusa. Dari jumlah tersebut lebih dari separuh dari wisudawan berpredikat cumlaude (lulus dengan pujian). Jumlahnya mencapai 550 orang didominasi perempuan (wisudawati).
Dari 926 wisudawan sebanyak enam orang berasal dari non-muslim. Mereka yang beragama Kristen Protestan sebanyak dua orang, berasal dari Prodi Gizi, atas nama Helena Sinaga dan Theresia Elzaliana. Beragama Kristen Khatolik 2 orang masing-masing dari Prodi Keperawatan (Yumita Efendi) dan Pendidikan Guru PAUD (Elisabet Srinita Anggarani) dan 2 orang lagi beragama Hindu masing-masing dari Prodi Keperawatan (Ni Komang Sukrati) dan Pendidikan Guru PAUD (Ida Ayu Kade Mahadewi).
Dalam sambutannya Rektor Unusa, Prof Dr Ir Achmad Jazidie., M.Eng, mengatakan, acara wisuda adalah awal dari Anda memasuki kehidupan yang sebenarnya di masyarakat. Semoga ilmu dan pengetahuan yang didapat di bangku kuliah menjadi bekal dalam memasuki dunia kerja. Kompetensi yang telah dimiliki akan menjadi bukti lulusan Unusa mampu bersaing di masyarakat. “Itu sebabnya Unusa tidak hanya memberikan selembar ijazah dan transkrip nilai, tapi juga membekali Anda dengan selembar kertas sertifikat komptensi yang diperoleh melalui uji kompetensi di Lembaga Sertifikasi Profesi,” katanya.
Dikatakannya, pada wisuda tahun ini, memang belum semua Prodi memperoleh sertifikat kompetenasi, karena skema yang sudah terlisensi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) masih terbatas, diharapkan pada wisuda berikutnya semua wisudawan akan memperoleh sertifikat kompetensi. Saat ini LSP sedang mengajukan penambahan ruang lingkup skema ke BNSP. “Itu sebabnya pada wisuda kali ini selain memberikan ijazah kami juga menyerahkan sertifikat kompetensi,” katanya.
Selain menyerahkan sertifikat kompetensi Rektor juga menyerahkan sertifikat kepada wisudawan terbaik. Ada 16 wisudawan terbaik, mereka yang masuk kategori ini adalah wisudawan yang tidak hanya memiliki indek prestasi kumulatif (IPK) terbaik, tapi juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaaan yang dinilai dari pengumpulan nilai satuan kredit prestasi (SKP).
“Kami menghitung nilai kegiatan yang diikuti mahasiswa dalam satuan kredit prestasi. Mahasiswa sebelum mereka diwisuda harus dapat mengumpulkan SKP minimal,” kata Direktur Akamawa dan Perpustakaan, Dr Umdatus Soleha. (***)