Majalahaula.id – Keluarga besar Nahdlatul Ulama Jawa Timur sangat berduka atas tragedi terbesar dalam sejarah olah raga di Indonesia. Dari jumlah korbannya, tragedi Kanjuruhan Malang adalah salah satu bencana sepak bola paling mengerikan dalam sejarah sepakbola di dunia.
Dalam rilis yang diterima media ini, Ahad (02/10/2022), Sekretaris PWNU Jatim ini menyampaikan bahwa PWNU Jatim bersama PCNU Kota dan Kabupaten Malang juga segera mendirikan posko crisis center dan trauma center di Kota Malang.
“Posko ini akan dikoordinasikan dengan PCNU se-Malang Raya. Selain untuk menampung informasi warga NU Malang Raya yang kemungkinan menjadi korban, posko crisis center dan trauma center ini juga untuk masyarakat umum,” katanya.
Pria kelahiran Sidoarjo, 9 Februari 1974 ini menambahkan bahwa tragedi tersebut harus menjadi pelajaran bersama. Pemerintah patut melakukan evaluasi menyeluruh atas penyelenggaraan kompetisi sepak bola seraya mendorong agar persepakbolaan nasional semakin maju.
“Tentu dengan tanpa adanya kejadian memilukan seperti kasus di Kanjuruhan Malang itu,” pungkas Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya periode 2022-2026 ini.
Sedangkan Wakil Ketua PWNU Jawa Timur, KH Abdussalam Shohib mengatakan sangat prihatin atas kejadian memilukan itu. “Insiden ini benar-benar mengundang keprihatinan kita bersama,” katanya.
Pengasuh Pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang yang sejak remaja menyukai sepakbola ini mengatakan bahwa PWNU Jatim mengajak seluruh warga Nahdliyin untuk mengirimkan doa dan shalat ghaib.
“Nahdlatul Ulama juga mendesak agar dilakukan investigasi secara menyeluruh tentang penyebab tragedi ini,” tutur cucu pendiri NU KH Bisri Syansuri tersebut.
Sebelumnya, diberitakan bahwa sebanyak 127 orang dilaporkan meninggal dunia dalam kericuhan yang terjadi pascapertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Dari 127 korban yang meninggal dunia 2 di antaranya adalah anggota Polri.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta kepada wartawan mengungkapkan bahwa pertandingan di Stadion Kanjuruhan Malang tersebut sesungguhnya berjalan dengan lancar. Namun, setelah permainan berakhir, sejumlah pendukung Arema FC merasa kecewa dan beberapa di antara mereka turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial. (Ful)