Search

Sederet Keunggulan Ini Antarkan Pergunu Lumajang Juarai PWNU Jatim Award 2019

Majalahaula.id – Nahdlatul Ulama memang memiliki banyak Badan Otonom atau Banom dan Lembaga. Namun, tentu tidaklah mudah mengajak nahdliyin di akar rumput untuk bergabung apalagi aktif di kepengurusan Banom maupun Lembaga. Meski demikian, tak menyurutkan semangat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Lumajang, Jawa Timur.

Ketua Pengurus Cabang (PC) Pergunu Kabupaten Lumajang, Farid Wazdi menyatakan, pihaknya melakukan terobosan dengan melakukan pendekatan yang berbeda. “Dari awal, kami sadar bahwa Pergunu merupakan Banom baru di NU, sehingga harus ada pendekatan khusus agar keberadaannya dikenal sehingga akhirnya banyak anggota yang bergabung,” terang Farid.

Pria kelahiran Lumajang, 22 Juni 1981 itu mengaku bahwa ketika diamanahi sebagai Ketua PC Pergunu Lumajang, tahun pertama yang dilakukan adalah konsolidasi serta penguatan pengurus. “Salah satunya adalah mengantarkan pengurus untuk mendapatkan beasiswa strata dua, lalu membagi habis tugas pengurus sesuai tugas pokok dan fungsi atau tupoksi sebagai hasil dari rapat kerja cabang atau Rakercab,” ungkapnya.

Baca Juga:  Tim Khusus Pergunu Sidoarjo untuk PWNU Jatim Award 2022

Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Tekung 2000 hingga 2002 ini bersyukur karena tahapan tersebut berjalan sesuai harapan. Sehingga kepengurusan pada tahapan berikutnya adalah mengembangkan sayap organisasi. “Sedangkan pada tahun kedua, yang kami lakukan adalah pengembangan organisasi yakni dengan membentuk 19 Pimpinan Anak Cabang atau PAC dari 21 kecamatan yang ada di Lumajang,” jelasnya. Praktis, lanjutnya, hanya ada dua kecamatan yang belum tersentuh lantaran lokasi yang susah dijangkau karena berada di kawasan lereng gunung.

Langkah selanjutnya adalah membuat program khusus agar banyak guru yang bersedia bergabung dalam Pergunu. “Salah satunya dengan melakukan kerja sama dengan Universitas Terbuka atau UT di kawasan Jember dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan,” ungkap Farid.

Baca Juga:  Ansor Sumatra Barat segera Gelar Rapat Koordinasi Wilayah

Mantan Pimpinan Wilayah IPNU Jatim ini menegaskan kerjasama dengan BPJS dimaksudkan untuk memberikan proteksi kepada guru mulai dari berangkat mengajar sampai pulang di rumah. Lewat kerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan itulah yang menjadi pintu masuk bagi Pergunu untuk mengembangkan sayap organisasi hingga ke tingkatan kecamatan. “Ini juga yang membuat kami bisa diterima di 19 kecamatan dengan mendirikan kepengurusan Pimpinan Anak Cabang,” ungkap Farid.

Memasuki tahun ketiga kepengurusannya, Farid kemudian mulai mengarahkan fokus kepada menciptakan kemandirian organisasi. “Hal tersebut diawali dangan setiap anggota Pergunu wajib membeli seragam Pergunu,” katanya. Lalu setiap tahun ajaran baru Pergunu Lumajang menyuplai sejumlah koperasi madrasah berupa buku tulis. “Insyaallah juga akan dirintis sebuah koperasi yang menyediakan berbagai atribut kebutuhan guru dan siswa,” ungkapnya.

Baca Juga:  Membangun Peradaban Perlu Negosiasi

Selain itu, koordinasi dan kerjasama intern di lingkungan NU senantiasa dilakukan. “Semisal penggalangan dana peduli bencana, lalu donasi bagi kader NU yang sakit dan membutuhkan pertolongan lebih serta kebutuhan lain,” katanya. Sementara kerjasama eksternal juga dibangun dengan berkomunikasi secara intens bersama Pemerintah Kabupaten Lumajang.

Prinsipnya, PC Pergunu Lumajang memberikan contoh kepada Pergunu yang ada di Jawa Timur. Bahwa harus ada sejumlah kreasi agar keberadaan organisasi kian diminati warga dan pengurus di sejumlah tingkatan. Dengan keunggulan-keunggulan itulah mengantakan mereka menjadi juara pertama pada ajang PWNU Jatim Award 2019. Saat grand final, secara meyakinkan Pergunu Lumajang berhasil memikat hati dewan juri dan unggul dari saingannya yakni PC Pergunu Lamongan. (Vin)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA