Search

Delegasi G20 Kebudayaan Kunjungi Karangrejo untuk Membatik dan Bermain Gamelan

delegasi g20 kunjungi karangrejo

Majalahaula.id – Delegasi Pertemuan Tingkat Menteri Kebudayaan G20 atau G20 Culture Ministers Meeting (CMM) mengikuti agenda ekskursi ke Desa Wisata Karangrejo, Magelang, Jawa Tengah.

Para delegasi mengunjungi dua lokasi untuk berinteraksi dengan masyarakat desa sekaligus mempelajari warisan budaya Indonesia yang sudah diakui UNESCO, yakni batik dan gamelan. Menariknya, rombongan delegasi G20 CMM beriringan menaiki andong untuk menuju Desa Wisata Karangrejo. Perjalanan mereka dimanjakan oleh indahnya pemandangan perbukitan dan sawah di desa itu.

Di lokasi pertama, yakni Taman Buah Karangrejo, delegasi G20 kebudayaan diajak membatik dengan menggunakan canting untuk membuat sebuah pola batik gunungan bergambarkan logo Presidensi G20 Indonesia. Setiap delegasi didampingi oleh pembatik dari Desa Karangrejo dan diajarkan tahap-tahap membatik dengan canting. Bagi mereka, ini adalah pengalaman membatik yang pertama kali. Meskipun tampak sulit mengikuti pola motif di kain batik, para delegasi tampak antusias mengikuti kegiatan membatik.

Baca Juga:  Pendidikan yang Harus Ditempuh bagi Calon Dosen

Selesai membatik di Taman Buah Karangrejo, rombongan melanjutkan perjalanan dengan andong ke Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Karangrejo. Di balkondes ini, delegasi diperkenalkan dengan minuman dan makanan tradisional Indonesia. Sesampainya di balkondes, mereka disuguhkan wedang uwuh dan jamu sambil mendengarkan penjelasan dari pemandu mengenai jenis-jenis camilan tradisional yang akan dihidangkan kemudian.

Pemandu memperlihatkan beberapa contoh camilan tradisional kepada delegasi, antara lain bubur kacang hijau, jenang, candil, clorot, jetkolet, dan tempe bacem. Di hadapan delegasi, pemandu menjelaskan bahan-bahan asal minuman dan camilan tradisional yang semuanya bisa ditemukan secara alami di sekitar alam Candi Borobudur.

Konsep memperkenalkan kekayaan kuliner tradisional yang selaras dengan alam ini sesuai dengan tema G20 CMM, yaitu “Kebudayaan untuk Bumi Lestari”, dengan tujuan menerapkan jalan kebudayaan untuk kehidupan yang berkelanjutan. Setelah mendengarkan penjelasan dari pemandu, delegasi G20 mencicipi semua camilan tradisional yang dihidangkan sambil bercengkrama dan menikmati pemandangan di sekitar Balkondes Karangrejo.

Baca Juga:  Inovasi Disdik Jabar dalam Penanganan Antikorupsi

Agenda selanjutnya adalah bermain gamelan yang merupakan warisan budaya Indonesia yang telah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia pada tahun 2021. Beberapa delegasi diajarkan bermain gamelan dengan didampingi pemain gamelan dan akhirnya secara berkolaborasi mereka bisa memainkan satu lagu bersama-sama. Kunjungan ke Balkondes Karangrejo diakhiri dengan menari bersama grup kesenian Madyo Siswo. Dengan bergembira, delegasi G20 CMM mengikuti gerakan tari Kobro Siswo bersama masyarakat Balkondes Karangrejo.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Restu Gunawan, mengatakan delegasi G20 CMM diajak belajar membatik agar mereka bisa mengetahui proses pembuatan batik yang telah menjadi Warisan Budaya Takbenda dunia sejak ditetapkan UNESCO pada tahun 2009.

“Biar mereka merasakan proses bahwa membatik itu perlu ketelitian, kesabaran, juga filosofinya yang bagus. Dengan mengetahui proses ini mereka bisa menghargai batik. Jadi kalau beli batik harganya mahal, ya wajar, karena prosesnya kan begitu rumit dan membutuhkan daya imajinasi, kreativitas, dan sebagainya. Mudah-mudahan dengan mengalami ini para delegasi dapat merasakan dan menghargai batik, sekaligus bisa menggerakan perekonomian masyarakat di sini,” ujar Restu saat mendampingi ekskursi delegasi G20 CMM di Desa Wisata Karangrejo, Selasa (13-9-2022).

Baca Juga:  Presidensi G20 Indonesia Dorong Penguatan Inklusi Keuangan dan Pembiayaan UMKM

Restu menuturkan, Kemendikbudristek juga membuat agenda ekskursi untuk delegasi G20 belajar gamelan karena gamelan merupakan alat musik tradisional sekaligus etnomusik yang usianya sudah cukup tua. Dalam mempelajari gamelan diperlukan kerja sama, sikap saling menghargai, dan toleransi. Ia berharap, dengan mempelajari warisan budaya Indonesia, delegasi G20 bisa menjadi duta budaya Indonesia.

“Para delegasi ini bisa menjadi duta kebudayaan kita setelah belajar membatik dan memainkan gamelan. Mudah-mudahan mereka bisa menyuarakan kebudayaan kita sebagai diplomat di negaranya masing-masing,” tuturnya

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA