Majalahaula.id – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) menegaskan bahwa teknologi tidak dapat menggantikan peran guru dalam dunia pendidikan. Akan tetapi keberadaannya dapat menjadi penyempurna capaian pendidikan yang diharapkan.
“Tidak mungkin guru dan dosen digantikan dengan mesin,” katanya saat gelar wicara pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU) di Aula Gedung Pascasarjana Universitas Islam Malang (Unisma), Ahad (28/08/2022).
Meskipun demikian, tentu teknologi tidak dapat dinafikan begitu saja. Teknologi dapat memperkuat pendidikan. Dengan demikian, semua piranti harus dimanfaatkan ke arah positif.
“Teknologi itu akan memperkuat manusia-manusia di dalam satuan pendidikan untuk,” ujarnya.
Nadiem menjelaskan, bahwa kehadiran teknologi dapat mengeliminasi hal yang tidak berdampak pada murid, hanya merepotkan guru. Hal inilah yang akan terus diupayakan Nadiem untuk diperbaiki dan digantikan dengan peranan teknologi.
“Bagi kami mau gantikan dulu dengan otomasi. Itu dulu. Kalau guru-gurunya tugasnya adalah mengisi permintaan birokrasi administrasi Menteri kepala dinas organisasi, kapan dia bisa memberikan waktu untuk coaching, untuk diskusi dengan murid. Eliminasi hal-hal yang nggak berdampak kepada murid,” kata dia.
Fungsi teknologi kedua dalam pendidikan adalah untuk memberikan wadah bagi guru berkreasi. Ini adalah hal yang dalam 20 tahun terakhir tidak pernah diangkat. Karenanya, ia membuat aplikasi khusus bernama Merdeka Mengajar untuk para guru saling berbagi karya-karyanya dalam menunjang pendidikan dan pembelajaran.
“Guru bisa memamerkan hasil karya dia. Merekam video, lesson plan. Dia bisa juga mendapatkan acuan. Semuanya dalam satu aplikasi,” katanya.
Aplikasi ini sudah digunakan oleh satu juta aktif pengguna. Mereka saling berbagi dan berkomentar atas karya-karya yang ditampilkan. Dengan aplikasi itu, guru di Jakarta bisa berkolaborasi dengan guru di Maluku.
“Teknologi tidak menggantikan manusia, tetapi menguatkan manusia untuk memperkuat Merdeka Belajar,” katanya.
Nadiem menjelaskan, bahwa pendidikan pada saat merebaknya kasus Covid-19 dilakukan dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal itu saja, menurutnya, sudah menimbulkan masalah kognitif.
“Bayangkan kalau tidak ada gurunya sama sekali,” katanya. (Ful)