Sebanyak 333 ning dari seluruh Indonesia mengikuti peresmian Halaqoh Nasional Nawaning Nusantara. Acara perdana yang diselenggarakan di Hotel Grand Mercure Surabaya itu tampak meriah, dengan hadirnya tokoh ulama Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Badriyah Fayumi, Dosen Fakultas Hukum Monash University Austalia Nadirsyah Hosen, Pengasuh Pesantren Lirboyo Reza Ahmad Zahid, dan pegiat dunia digital Danial Rifki, yang hadir sebagai pembicara.
Ketua Pelaksana Nuvisa Rizqid Diiny El Ulya menyampaikan, acara Halaqoh Nasional Nawaning Nusantara ini diinisiasi Divisi Pengembangan Pesantren Putri Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI NU) Jawa Timur. Menurutnya, pembentukan Nawaning Nusantara tidak lain sebagai wadah untuk merajut silaturahmi antar pesantren, dalam hal ini adalah nawaning yang nasabnya jelas dan mumpuni di bidang ilmu agama.
“Kami dari pesantren punya sumber daya perempuan yang mumpuni di bidang ilmu agama, yang secara nasab dan sanad itu sudah jelas. Maka, kami harus mengintensifkankan bagaimana supaya Nawaning ini lebih mau tergerak hatinya untuk dakwah di media sosial,” ungkapnya saat ditemui usai acara Halaqoh di Hotel Grand Mercure Surabaya, Sabtu 27 Agustus 2022.
Ning Nuvis sapaan akrabnya mengatakan, tujuan utama menyelenggarakan Halaqoh Nusantara khusus nawaning adalah agar menguatkan dakwah kreatif. Sebab, Nawaning memiliki peranan penting baik di dalam pesantren maupun di luar akan terus dibutuhkan. Sehingga lewat perkumpulan ini diharapkan bisa menguatkan jaringan antar pesantren, dan ikut serta dalam menyiarkan dakwah melalui teknologi yakni media sosial.
“Saat ini zamannya dakwah digital, dakwah lewat media sosial. Jadi, kami ingin merangkul lebih banyak nawaning untuk lebih aktif melakukan dakwah kreatif. Karena, kalau dilihat antusias Nawaning yang mau belajar luar biasa. Sehingga nanti kami tindaklanjuti dengan berbagai kegiatan, baik itu offline maupun online. Seperti ngaji bersama dengan tokoh-tokoh nasional, pelatihan UMKM dan kegiatan lain yang tidak mengganggu aktivitas nawaning, tapi bisa membuat mereka produktif ya salah satunya lewat media sosial,” ujarnya.
Tujuannya, lanjut Ning Nuvis adalah agar para ning ini tidak selalu di zona nyaman, tetapi juga mau belajar bagaimana mengajar mengaji dengan cara-cara yang lebih kekinian. “Jadi kami menawarkan solusi kepada masyarakat yang tidak bisa mengaji tatap muka bisa juga lewat teknologi yang ada,” tambahnya.
Ning Nuvis memaparkan, tidak ada syarat khusus untuk bisa menjadi anggota Nawaning Nusantara. Hanya saja, Nawaning ini bisa diikuti dari usia 18 tahun sampai 40 tahun dan harus dzuriyah pondok pesantren yang afiliasinya NU.
“Kami welcome siapapun yang mau belajar, tapi harus NU. Kami tidak mau kecolongan, karena itu kami harus berhati-hati dengan orang di luar NU yang ada maksud tertentu,” ungkapnya.
Setelah acara Halaqoh Nawaning Nusantara ini, Ning Nuvis menjelaskan, akan memaksimalkann SDM untuk lebih intens untuk berjejaring sosial. “Sedangkan, untuk menarik beberapa ning yang mungkin belum begitu aktif di media sosial, kami buatkan program pelatihan untuk belajar bareng,” imbuhnya. Lina