Menyambut semarak peringatan 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU), Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bondowoso menggelar Shalawat Kemerdekaan, Rabu (24/08/2022) malam. Ribuan Nahdliyin tampak memadati halaman masjid KH M Hasyim Asy’ari hingga sepanjang jalan MT Haryono, Kota Kulon, Kabupaten Bondowoso Jawa Timur.
Ketua PCNU Bondowoso KH Abdul Qodir Syam menyatakan, tanah yang sedang ditempati untuk gelaran acara shalawat ini dan beberapa bangunan di sekitarnya murni milik Nahdliyin. Untuk itu, Kiai Qodir mempersilakan dipakai selama untuk kepentingan ibadah dan organisasi. “Alhamdulilah, tanah yang kita tempati malam ini untuk munajat kepada Allah SWT adalah murni milik kita warga NU. Ada masjid dan graha NU di belakang sana, silahkan digunakan untuk kepentingan beribadah dan perjuangan organisasi,” ujarnya.
Kiai Qodir menegaskan, saat ini Nahdliyin harus menunjukkan eksistensinya dalam berjam’iyah, karena di luar sana banyak pihak yang mengganggu. “Baik tata cara kita beribadah dan yang lain, jadi kita tidak boleh diam saja,” ungkapnya.
Selain itu, pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Cerme Bondowoso itu berharap pemerintah meninjau ulang perayaan hari kemerdekaan yang terkesan jauh dari nilai kebermanfaatan agar diganti dengan kegiatan-kegiatan positif, seperti shalawatan. “Kami berharap kepada Pemerintah Bondowoso agar dapat mengganti karnaval perayaan hari kemerdekaan dapat diganti dengan karnaval-karnaval yang diisi shalawatan,” ucapnya.
Merespons harapan Ketua PCNU Bondowoso, Bupati Bondowoso KH Salwa Arifin mengatakan hal itu sudah menjadi komitmen Pemkab Bondowoso. Bahkan menurutnya, beberapa waktu yang lalu Kabupaten Bondowoso sudah mendeklarasikan diri sebagai Bumi Shalawat Burdah. “Pemkab Bondowoso sudah berkomitmen, mencanangkan dan bahkan dalam beberapa waktu lalu sudah mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten Bondowoso Bumi Shalawat Burdah,” jelasnya.
Bupati menambahkan, mulai sebelum Indonesia merdeka hingga saat ini, Nahdlatul Ulama selalu mengiringi gerak peradaban. Hal itu sudah tercatat dalam lembar sejarah perjalanan bangsa ini. Indonesia dapat merasakan betapa pentingnya kehadiran NU di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. “NU begitu terasa kehadirannya di dalam sistem pemerintahan, NU mampu menjadi mediator ulung untuk menyediakan solusi di setiap persoalan. Dan yang terpenting, kehadiran NU menjadi juru damai untuk kemaslahatan sehingga manfaatnya terasa sampai di tengah-tengah masyarakat,” katanya.
Di usianya yang hampir 1 Abad, banyak pekerjaan yang telah dilakukan oleh NU. Terbukti dengan beberapa torehan prestasi di berbagai bidang. Konsistensinya dalam mempertahankan Islam Ahlussunah wal Jamaah tidak hanya dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia. “Melainkan masyarakat dunia turut merasakan manfaatnya,” pungkasnya.(Vin)