Search

Kisah Aris, Tunanetra Total Pertama di Indonesia yang Bergelar Sarjana Komputer

Majalahaula.id – Inilah Aris Yohanes Elean, penyandang disabilitas tunanetra buta total menyandang gelar sebagai sarjana computer setelah menyelesaikan studinya di Universitas Pamulang (Unpam). Ia didapuk sebagai wisudawan terbaik pada program studi Teknik Informatika.

Dilansir dari laman resmi Unpam, Aris merupakan sarjana komputer tunanetra dengan kondisi buta total pertama di Indonesia. Ia berhasil menyelesaikan studinya dalam waktu 4 tahun dengan IPK 3,59.
Aris yang kini berusia 37 tahun ternyata sudah memiliki cita-cita menjadi seorang programmer sejak usia 11 tahun. Cita-cita inilah yang ia gantungkan dan coba diraihnya dengan semangat serta perjuangan.
Dilansir dari BBC, Aris mengatakan paham betul betapa sulitnya akses ke pendidikan tinggi dan dunia kerja di Indonesia yang belum inklusif bagi penyandang disabilitas.

Aris tidak buta sejak lahir, ia kehilangan penglihatannya pada usia enam tahun akibat penyakit glukoma. Kemudian ketika usianya 11 tahun, ia pertama kali berkesempatan mengenal Eureka. Ini adalah perangkat komputer yang dirancang khusus untuk tunanetra.

Komputer ini beroperasi dengan suara dan tidak memiliki layar. Dari sumber suara inilah Aris mulai tertarik dan mendalami ilmu komputer. Lambat laun, Aris mengenal dan mulai bisa mengoperasikan komputer yang biasa digunakan masyarakat umum.

Diakui Aris, kampus tempatnya belajar memiliki struktur bangunan yang tidak dirancang ramah disabilitas. Namun hal ini tidak menjadi kendala karena Aria mengaku mendapat bantuan dari pihak kampus maupun teman-temannya.

Umpam menyediakan fasilitas pendampingan oleh unit pelayanan disabilitas sehingga Aris dan juga mahasiswa disabilitas lainnya bisa tetap nyaman berkuliah. Apalagi para dosen dan sesama mahasiswa lain kerap kali membantu.

“Keberadaan kami disosialisasikan kepada dosen-dosen, diatur sedemikian rupa sehingga kami nyaman di sana, diperkenalkan dengan lingkungan kampus.”

“Teman-teman sesama mahasiswa pun ternyata sangat aware, mau membantu kami. Mau kemana, naik apa, mereka menunggui kami.” beber Aris.

Baca Juga:  Kemendikbudristek Bentuk Platform Rapor Pendidikan, Ini Tujuannya

Aris yang selalu mengenakan kacamata hitam ini juga merasa dirinya dihargai tatkala ada rekan yang meminta diajarkan tentang pemrograman. Ia merasa dirinya tidak dianggap berbeda, dan hal ini membuatnya semakin semangat.

“Kami merasa kemampuan kami betul-betul dipercayai. Itu mengesankan sekali, artinya tunanetra dianggap mampu oleh masyarakat sudah teruji kemampuannya ketika ada di satu lingkungan yang sama,” jelas dia.

Kelulusan Aris ini juga membawa kebahagiaan bagi banyak pihak, termasuk pihak kampus yang juga memberi apresiasi.

Ketua Yayasan Sasmita Jaya Dr. (HC) H. Darsono mengatakan bahwa lulusnya Aris sebagai sarjana bisa menjadi motivasi bagi siapapun untuk tetap bisa semangat meraih cita-cita. Ia juga menyampaikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah kendala yang bisa menghentikan semangat seseorang.

“Aris merupakan sarjana komputer pertama yang tunanetra total. Semoga ini menjadi motivasi untuk kita semuanya dalam berjuang meraih cita-cita. Saya bangga sekaligus terharu, Unpam telah berhasil mengantarkan salah satu penyandang tunanetra,” ujar Darsono.

Lebih lanjut, Darsono juga mengatakan bahwa semua orang memiliki hak yang sama untuk mengubah nasib melalui pendidikan.

“Kita sangat bangga bisa mengantarkan mereka untuk mengubah nasibnya melalui pendidikan yang Unpam berikan. Barangkali itulah sumbangsih kita bagi bangsa dan negara” lanjut Darsono.

Salah satu dosen di Unpam bahkan merasa tertampar melihat semangat dan prestasi yang diraih Aris. Dengan fisik yang sempurna, terkadang seseorang masih saja bermalasan padahal di luar sana banyak yang sedang berjuang di tengah keterbatasan.

“Kedua mata saya masih bisa melihat. Kedua tangan saya juga masih bisa bergerak. Melihat momen wisudanya Aris, diri ini tak pantas mengeluh apalagi menyerah. Malu sama dia. Selamat untuk Aris Yohanes Elean. Perjuanganmu menginsipirasi banyak orang. Hampir semua hadirin meneteskan air mata atas perjuanganmu. Keren..” tutup salah satu dosen.

Baca Juga:  Sederet Jurusan Kuliah yang Banyak Diburu

Pertengahan Juli 2022, Aris resmi menyandang gelar sebagai sarjana komputer. Lulus dari kuliahnya, Aris diangkat menjadi pengajar komputer di SLB Pembina Tingkat Nasional. Sebelumnya ia bekerja di ruang perpustakaan sekolah ini.

Kini kesehariannya disibukkan dengan mengajar dan berbagi ilmu kepada muridnya yang juga penyandang disabilitas. Aris selalu memupuk semangat pada semua muridnya dan mengatakan hal-hal positif selagi mengajar.

Di luar jam mengajar, Aris menghabiskan waktunya dengan mengembangkan aplikasi yang dapat mendukung kebutuhannya sebagai tunanetra. Salah satu aplikasi yang ia manfaatkan berguna untuk membantunya menghafal kosa kata dalam bahasa Inggris.

“Saya sedang punya target untuk mengejar beasiswa ke luar negeri, tapi saya ada kelemahan (berbahasa Inggris), sehingga saya harus cari solusinya untuk diri sendiri,” ujar Aris yang seluruh biaya kuliahnya digratiskan.

Aris yang selalu mengenakan kacamata hitam ini juga merasa dirinya dihargai tatkala ada rekan yang meminta diajarkan tentang pemrograman. Ia merasa dirinya tidak dianggap berbeda, dan hal ini membuatnya semakin semangat.

“Kami merasa kemampuan kami betul-betul dipercayai. Itu mengesankan sekali, artinya tunanetra dianggap mampu oleh masyarakat sudah teruji kemampuannya ketika ada di satu lingkungan yang sama,” jelas dia.

Kelulusan Aris ini juga membawa kebahagiaan bagi banyak pihak, termasuk pihak kampus yang juga memberi apresiasi.

Ketua Yayasan Sasmita Jaya Dr. (HC) H. Darsono mengatakan bahwa lulusnya Aris sebagai sarjana bisa menjadi motivasi bagi siapapun untuk tetap bisa semangat meraih cita-cita. Ia juga menyampaikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah kendala yang bisa menghentikan semangat seseorang.

“Aris merupakan sarjana komputer pertama yang tunanetra total. Semoga ini menjadi motivasi untuk kita semuanya dalam berjuang meraih cita-cita. Saya bangga sekaligus terharu, Unpam telah berhasil mengantarkan salah satu penyandang tunanetra,” ujar Darsono.

Baca Juga:  UKM Seni Budaya UINSA, Tetap Berkarya Di Masa Pandemi

Lebih lanjut, Darsono juga mengatakan bahwa semua orang memiliki hak yang sama untuk mengubah nasib melalui pendidikan.

“Kita sangat bangga bisa mengantarkan mereka untuk mengubah nasibnya melalui pendidikan yang Unpam berikan. Barangkali itulah sumbangsih kita bagi bangsa dan negara” lanjut Darsono.

Salah satu dosen di Unpam bahkan merasa tertampar melihat semangat dan prestasi yang diraih Aris. Dengan fisik yang sempurna, terkadang seseorang masih saja bermalasan padahal di luar sana banyak yang sedang berjuang di tengah keterbatasan.

“Kedua mata saya masih bisa melihat. Kedua tangan saya juga masih bisa bergerak. Melihat momen wisudanya Aris, diri ini tak pantas mengeluh apalagi menyerah. Malu sama dia. Selamat untuk Aris Yohanes Elean. Perjuanganmu menginsipirasi banyak orang. Hampir semua hadirin meneteskan air mata atas perjuanganmu. Keren..” tutup salah satu dosen.

Pertengahan Juli 2022, Aris resmi menyandang gelar sebagai sarjana komputer. Lulus dari kuliahnya, Aris diangkat menjadi pengajar komputer di SLB Pembina Tingkat Nasional. Sebelumnya ia bekerja di ruang perpustakaan sekolah ini.

Kini kesehariannya disibukkan dengan mengajar dan berbagi ilmu kepada muridnya yang juga penyandang disabilitas. Aris selalu memupuk semangat pada semua muridnya dan mengatakan hal-hal positif selagi mengajar.

Di luar jam mengajar, Aris menghabiskan waktunya dengan mengembangkan aplikasi yang dapat mendukung kebutuhannya sebagai tunanetra. Salah satu aplikasi yang ia manfaatkan berguna untuk membantunya menghafal kosa kata dalam bahasa Inggris.

“Saya sedang punya target untuk mengejar beasiswa ke luar negeri, tapi saya ada kelemahan (berbahasa Inggris), sehingga saya harus cari solusinya untuk diri sendiri,” ujar Aris yang seluruh biaya kuliahnya digratiskan.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA