Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Malaysia meluncurkan Pondok Pesantren An-Nahdhah secara virtual. Acara yang bekerjasama dengan 164 Channel ini dihadiri oleh 70 partisipan dari dua negara, yaitu Malaysia dan Indonesia.
Ketua PCINU Malaysia, Ustaz Rudy Mahfud mengatakan, pesantren tersebut dibangun oleh PCINU di atas tanah wakaf salah satu warga Malaysia. Pondok An-Nahdhah ini juga dibuka untuk semua kalangan yang ingin belajar ilmu agama dari pengajar, ustaz, dan kiai berkompeten.
“Pengajar Pondok An-Nahdlhah ini terdiri dari pengajar tetap dan pengajar undangan. Pengajar tetap ini terdiri dari para ustaz dari jajaran PCINU Malaysia, Syuriyah dan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU),” katanya.
Sedangkan untuk pengajar undangan ini terdiri dari para guru besar, profesor, doktor, dan yang lainnya yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Tema-tema kajian yang dibawakan mereka dikemas secara tematik dan modern serta bersifat kontemporer sehingga relevan dengan kondisi serta keperluan masyarakat.
Adapun kitab-kitab salaf khas pesantren yang menjadi kajian santri antara lain yaitu Fathul Mu’in, Al-Madkhal fi Fiqh Muamalah al-Maliyah, Nurul Mubin fi Mahabbati Sayyidi al-Mursalin, Safinatun Najah, Kailani, Alfiyah Ibnu Malik, Arba’in Nawawi, Waraqat fil Ushulil Fiqhi, Adab Al-Amim wa al-Muta’allim, dan An-Nashoih ad-Diniyyah.
Program Pesantren
Berbagai kreasi kegiatan diadakan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Malaysia. Salah satunya Pesantren Kilat dengan peserta para pelajar. Program yang melibatkan empat fasilitator ini mendapat respons yang baik dari orang tua santri. Bahkan ada beberapa orang tua yang meminta agar kegiatan diperpanjang waktunya.
“Anak saya sampai tidak mau kembali ke rumah. Mau belajar di Pesantren Kilat ini saja. (Program ini) Best sangat,” aku Yeti, ibu dari Alif, salah seorang wali murid asal Lamongan, Jawa Timur. Baca Juga: 5000 Paket Sembako Dibagikan PCINU Malaysia saat Pandemi Covid-19 Ketua PCINU Muslimat NU Malaysia, Mimin Mintarsih, Rabu (10/8/2022) mengatakan Pesantren Kilat tahun ini merupakan program ketujuh kali yang diadakan sejak berdirinya PCI Muslimat NU Malaysia.
“Kali ini jumlah peserta cukup banyak. Ada 50 orang yang semuanya merupakan murid-murid di Sanggar Belajar Sungai Mulia (SBSM) Gombak,” terang Mimin.
Karena umur peserta sekitar 9-12 tahun, materi pelajaran yang diajarkan tidak jauh dari apa yang didapatkan seorang anak tingkatan sekolah dasar (SD) di Indonesia. Di antaranya adalah fiqih, tauhid, akhlak, termasuk bahaya narkoba dan kecintaan terhadap negara Indonesia.
Salah satu hal yang menarik dan membuat anak-anak suka adalah materi pelajaran tersebut tidak hanya disampaikan di kelas. Namun, juga diterapkan dan disisipkan dalaman berbagai permainan dan kegiatan edukatif seperti bola keranjang, cerdas cermat.
“Intinya, kita menginginkan agar adanya pesantren kilat ini menjadikan murid-murid SBSM mempunyai akhlakul karimah. Sebab, pandai saja tidak cukup, mereka masih harus mempunyai akhlak yang mulia,” pungkas Mimin.