Search

Muncul Virus Langya di China, Ini Kata Menkes Budi Gunadi

China melaporkan adanya temuan baru virus Langya yang berasal dari hewan. Mengenai virus ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mengaku sedang mempelajarinya karena baru dilaporkan.

Dikutip dari CNBC.Com, Budi Sadikin mengatakan virus ini masih sangat dini dan bahkan belum masuk virus variant under monitoring dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Virus yang dari China, kita sedang pelajari karena baru keluar ya, dan belum masuk Variants Under Monitoring WHO,” kata BGS usai peluncuran buku vaksinasi Covid-19 di Kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (11/8/2022).

“Kan kalau masuk jadi Variants Under Monitoring, kemudian masuk Variants of Interest, dan kemudian baru Variants of Concern. Nah sekarang ini belum masuk Variants Under Monitoring, jadi masih sangat dini,” imbuhnya

Baca Juga:  Kompak, Ansor dan Fatayat NU di Tegal Adakan Donor Darah

Untuk diketahui virus tersebut juga memiliki nama lain yakni Langya henipavirus (LayV) yang dapat menginfeksi manusia. Virus tersebut telah menginfeksi sekitar 35 orang di China, menurut laporan Taipei Times.

Jenis baru Henipavirus ditemukan dalam sampel swab tenggorokan dari pasien demam di China timur. Pasien dilaporkan memiliki riwayat kontak dengan hewan dalam beberapa waktu terakhir.

Para pasien, yang kebanyakan berprofesi sebagai petani, melaporkan gejala berupa kelelahan, batuk, kehilangan nafsu makan dan nyeri, dengan beberapa kelainan sel darah dan tanda-tanda kerusakan hati dan ginjal.

Virus ini pertama kali dilaporkan dalam sebuah studi berjudul “A Zoonotic Henipavirus in Febrile Patients in China” yang dirilis pada Kamis (4/8). Studi itu membahas soal henipavirus baru yang berhubungan dengan penyakit penyebab demam pada manusia yang teridentifikasi di China.

Baca Juga:  Peduli Kesehatan, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Dukung Posyandu Lansia di Kedungmundu

Henipavirus dapat menyebabkan penyakit parah pada hewan dan manusia dan diklasifikasikan sebagai virus biosafety Level 4 dengan tingkat kematian kasus antara 40-75%, menurut data dari WHO

Virus Langya bisa menyebabkan kematian dengan tingkat yang lebih tinggi dari Covid-19. Namun, saat ini tidak ada vaksin atau pengobatan untuk Henipavirus dan satu-satunya pengobatan adalah perawatan suportif untuk menyembuhkan gejala komplikasi.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA