Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Mungkin pepatah inilah yang mengilhami Panitia Seminar Nasional Anti-korupsi bertajuk “Meneladani Kesederhanaan, Keberanian dan Kejujuran Duo Gus”. Selain dimaksudkan sebagai rangkaian acara menyongsong 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU), seminar nasional juga digelar untuk memperingati haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan KH Hasyim Wahid (Gus Im). Bahkan tak hanya ini, seminar ternyata juga dimaksudkan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa NU adalah organisasi yang bersih dan komitmen pada penegakan anti-korupsi, di tengah maraknya pemberitaan terkait kasus korupsi yang menyeret salah satu pengurusnya. Karena itu, selain seminar juga akan dibacakan Deklarasi dan Pakta Integritas anti-korupsi di hadapan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Ada yang berbeda dengan peringatan Haul Gus Dur dan Gus Im kali ini. Adalah panitia 1 Abad NU Pengurus Wilayan NU (PWNU) Jawa Timur yang memperingati Haul kedua Gus dengan menggelar seminar bukan pengajian seperti biasanya. Ketua Panitia Seminar, Listiyono Santoso menyatakan Seminar Nasional akan digelar Kamis 11 Agustus 2022 di Aula Hasyim Asy’ari Gedung PWNU Jatim Jalan Masjid Al Akbar Timur nomor 9 Surabaya. Narasumber yang hadir adalah Dr. Muh. AS. Hikam, Dr. Nurul Gufron dan Dr. Kacung Marijan. Selain itu, juga dihadirkan putra putri Duo Gus yang akan memberikan testimoninya. “Inayah Wahid putri Gus Dur dan Gus Azis putra Gus Im sudah konfirmasi bakal hadir di acara seminar,” ungkap Listiyono.
Listiyono yang juga menjabat sebagai ketua Lakpesdam PWNU Jatim menyatakan, kedua Gus dipilih karena keduanya adalah sosok teladan di kalangan Nahdliyin. “Secara keturunan mereka itu cicit dari ulama besar bahkan popular di kontelasi nasional tapi hidupnya begitu sederhana,” ungkapnya. Kesederhanaan, keberanian dan kejujuran itulah yang menurut Listiyono harus jadi nilai yang terus diwariskan ke tiap generasi yang mengelola NU ke depan.
Lalu apa kaitannya keduanya dengan korupsi? Listiyono menjelaskan, karena 2 gus ini juga merupakan sosok yang bersih dan anti-korupsi. Gus Dur diturunkan sebagai Presiden karena stigma terlibat Bruneigate dan Buloggate. Tapi sampai akhir hayatnya tidak pernah terbukti di pengadilan. “Kehidupannya yang sederhana kan tidak mencerminkan sebagai sosok yang haus harta atau kekuasaan,” ujarnya.
Akhirnya ini akan menjadi inspirasi sehingga NU sebagai Gerakan sipil ke depan harus punya komitmen pada gerakan anti-korupsi. NU harus menjadi bagian dari masyarakat sipil yang terus menerus menggelorakan penolakan setiap bentuk aktivitas yang berorientasi pada penguasaan atas harta yang tidak halal atau korupsi.
“Rencananya penyelenggaraan seminar ini muaranya nanti pada penyelenggaraan Muskerwil dan Konferwil PWNU. Karena itu tema yang diangkat adalah menuju Konferwil PWNU Jatim yang berintegritas, bersih dan jujur” jelas Listiyono. Ia menjelaskan tujuannya adalah agar Konferwil dan Muskerwil bersih dari money politik dan berlangsung terbuka, jujur, transparan dan akuntable.
Dengan demikian seminar ini dimaksudkan menjadi semacam starting poin kita bahwa sebagai gerakan sipil, NU itu harus menjadi yang terdepan untuk membangun masyarakat sipil anti-korupsi. “NU kan lembaga keagamaan yang segala kegiatannya akan dilihat apakah sudah mencerminkan nilai-nilai agama. Lha wong yang subhat saja harus dijauhi masak korupsi yang jelas-jelas haram kok dilakukan. Kan logika mudahnya gitu,” terang Listiyono.
Selain itu, seminar juga sekaligus menjadi counter discourse terhadap pemberitaan tentang adanya oknum yang melakukan korupsi namun akhirnya menyeret organisasi NU karena yang bersangkutan adalah pengurus. “Acara ini sekaligus jadi counter discourse pemberitaan di luar kalo ada orang NU berbuat tidak bisa digeneralisasi bahwa organisasinya juga korup,” tegasnya.
Untuk lebih menunjukkan keseriusan bahwa NU adalah lembaga anti-korupsi, acara juga diisi dengan deklarasi dan penandatanganan pakta integritas di hadapan KPK. “Ini menunjukkan betapa NU punya komitmen serius. Sehingga nanti akan ada Pesantren NU anti-korupsi, Perguruan Tinggi NU anti-korupsi dan Lembaga Ma’arif NU anti-korupsi,” katanya. Ketiganya hanya representasi dari seluruh warga NU punya komitmen sama untuk melawan korupsi. Karena korupsi itu bukan budaya Indonesia sehingga harus dilawan. (Vin)