Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) mengambil tema Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf berharap dengan tema tersebut harlah menjadi momentum kebangkitan baru bagi NU. Tema Satu Abad NU ini juga menarik perhatian KH Fanandri Abdussalam, Pelaksana Tugas (Plt) Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lumajang untuk mengulasnya.
Seperti diketahui saat Kick Off Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama di Jakarta Juni lalu, tema Satu Abad NU adalah Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru. Menurut kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu, pilihan tema tersebut didasarkan pada sebuah hadits Rasulullah saw mengenai adanya pembaharu di setiap 100 tahun.
Dalam hal ini, lanjut Gus Yahya, artinya adalah memicu kebangkitan baru di tengah umat. Karenanya, ia sangat berharap agar harlah ini menjadi momentum kebangkitan baru NU. “Maka kita sangat menharapkan momentum kebangkitan baru bagi NU,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Gus Yahya menegaskan bahwa harlah ini menjadi momentum era baru NU. “Itu akan menjadi momentum yang kita tetapkan masukanya NU ke dalam era abad yang keduanya,” pungkasnya.
Sementara itu, KH Fanandri Abdussalam, Pelaksana Tugas (Plt) Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lumajang menyatakan Tema ‘Mendigdayakan NU Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru’ mempunyai beberapa makna.
“Digdaya itu artinya sakti, tidak terkalahkan. Kalau bapak ibu melihat pagelaran wayang, digdaya itu artinya kebal. NU itu tidak bisa digdaya kalau NU tidak sehat dan tidak kuat. NU harus sehat jamiyahnya, administrasi tertib dan yang harus menyehatkan organisasi ini adalah kita semua pengurus di semua tingkatan,” jelas Kiai Fanandri.
Kiai asal Kediri ini mencontohkan, hal itu harus dimulai dengan hal-hal terkecil semisal memfungsikan kantor dengan yang semestinya. “Punya kantor NU, tapi tidak pernah ngantor. Ayo, fungsikan kantor sebagai tempat koordinasi, konsolidasi, dan berkegiatan,” harapnya yang ditemui saat Kick Off 1 Abad NU yang dipusatkan di Gedung NU II, Jalan Musi Nomor 9 Sumberejo Sukodono Lumajang.
Kiai Fanandri menambahkan, selain kuatnya jamiyah kedigdayaan NU itu juga bergantung pada akidah dan amaliyah jamaah. Kolaborasi dua kekuatan struktural dan kultural inilah yang menjadi tolak ukur kekuatan NU. “Karena kadang jamaah kita tidak terlalu yakin kepada ideologi NU. Makanya, berkumpulnya kita malam ini dalam acara Kick Off 1 Abad NU, adalah ajakan agar warga NU dimanapun dan di tingkat apapun untuk bekerja sama bahu membahu meningkatkan stamina dan performa NU di abad kedua,” lanjutnya.
Sedangkan kebangkitan baru, kata Kiai Fanandri, tidak sama dengan baru bangkit. Alasan pertama perlunya kebangkitan baru ini adalah tantangan dan strategi dakwah yang terus berkembang harus diikuti NU akibat perubahan tatanan besar-besaran dalam dunia digital, kesehatan dan rantai pasok pangan global.
“Selain itu, kita diilhami spirit hadits Nabi yang diriwayatkan Imam Abu Dawud dari jalur Abu Hurairah, yang artinya, sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini setiap 100 tahun orang yang memperbaharui agama mereka. Jadi, dalam usia 100 tahun ada spirit pembaharuan, maka itulah yang mengilhami untuk kebangkitan baru NU,” tegasnya.
Secara khusus, Kiai Fanandri menyoroti dunia digital. Menurutnya, NU sebagai organisasi terbesar harus bergerak di dunia maya dengan mengembangkan media sosial yang saat ini menjadi konsumsi utama generasi milenial. “Oleh karena itu, saya mendorong NU harus punya banyak akun, agar anak-anak muda kesasarnya ke akun kita. Makanya, rangkaian kegiatan yang diluncurkan PBNU ini intinya adalah strategi bagaimana memajukan NU dalam memasuki abad kedua,” tandasnya.(Vin)