Search

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Cirebon, Lakukan Penguatan Akhlak Santri Baru

Pembekalan akhlak sangat ditekankan pada santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah, karena di pesantren ini setiap orang dari kelompok mana pun bisa menjadi santri. Di sini tidak membedakan dari golongan mana dan tidak ada batasan usia untuk belajar agama.

Gus Naufal salah satu Pengurus Pondok Pesantren Nadwatul Ummah menceritakan, di pesantren ini pernah ada santri dengan usia di atas 25 tahun, yang sudah menikah. Karena masa lalunya yang kurang baik. Dia mengobati diri dengan nyantri di Pesantren Nadwatul Ummah. Bahkan dari usia tua pun pesantren ini pernah menerima santri seperti itu.

Ketika santri itu sudah siap hidup di masyarakat, dia kemudian baru boyong dari pesantren. Namun dengan izin dari kiai untuk bisa bekerja dan berkeluarga. Santri itu bisa dianggap lulus, tidak harus melewati jenjang seperti santri pada umumnya.

Baca Juga:  Kemenag Buka Program Persiapan Beasiswa bagi Santri Pesantren Salafiyah

Selain santri dewasa, di Nadwatul Ummah juga pernah ada santri yang mengalami kecelakaan. Santri tersebut dalam kondisi frustasi, diantarkan oleh orang tuanya untuk belajar agama di sini. “Alhamdullilah hanya dalam waktu dua tahun, santri itu bisa sembuh dari frustasinya. Kondisi tubuhnya juga membaik pada saat itu. Sehingga bisa melanjutkan hidupnya, saat ini santri tersebut sudah bekerja sebagai pemilik vendor dan berkeluarga.” papar Gus Naufal.

Gus Naufal menceritakan, kondisi beragam di pesantren ini sering dijumpainya. Bahkan dirinya tak jarang terlibat dalam masalah yang tidak dia perbuat. Termasuk mendapatkan hukuman bersama para santri yang tidak selalu patuh pada peraturan.

“Waktu itu liburan sekolah, di antara kami ada yang tidak pulang. Ketika libur di pesantren ini biasanya para santri boleh bermain PS di luar pesantren. Tentunya para santri senang dengan kebebasan ini,” kenangnya.

Baca Juga:  Badan Usaha Milik Pesantren Jalankan Fungsi Pendidikan Dakwah

Namun, namanya anak muda, ada sebagian dari santri yang kecanduan bermain Play Station (PS) , saat sebagian kegiatan sudah berlangsung. Di jam kosong ada pemeriksaan oleh pengurus ke asrama. Pada saat itu ada satu asrama yang kosong, sekitar 3 orang tidak ada. Ternyata mereka menginap di tempat PS an selama 3 hari dengan membawa baju. Akibat mereka satu asrama ikut menerima kemarahan dari pengurus.

“Gara-gara ketiga orang ini, saya dan ke 70 siswa laki-laki di asrama ikut mendapatkan hukuman. Hingga saat itu semua santri di gundul. Seketika asrama putra seakan menjadi asrama tuyul, kadang lucu juga kalau saya ingat-ingat,” aku pria kelahiran 11 Oktober 2022.

Baca Juga:  Geliat Kemandirian Pesantren Penerima Bantuan Inkubasi Bisnis

Hingga saat ini, aturan semakin ketat bagi santri tidak ada yang boleh ke luar pesantren untuk main PS. Apalagi sampai menginap, jika dilakukan santri akan diberikan hukuman.

“Meski penerapan secara akhlak santri masih menggunakan metode lama, tetapi kami sediakan fasilitas kelas modern untuk santri. Sehingga bisa menunjang perkembangan bakat dan mempermudah santri dalam belajar,” pungkasnya. Dy

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA