Sanjungan diberikan ulama Al-Azhar Mesir, Syekh Abdul Aziz al-Syahawi kepada Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Afifuddin Muhajir. Keduanya tampil di Institut KH Abdul Chalim (Ikhac) Pesantren Unggulan Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur, Senin (18/07/2022).
Dalam pertemuan tersebut, Kiai Afif menghadiahkan untuk Syekh Abdul Aziz kitab karangannya, yaitu Fath al-Mujib al-Qarib yang merupakan syarah atas matan Taqrib dalam bidang kajian ilmu fiqih madzhab Syafii.
Saat menerima kitab tersebut, Syekh al-Syahawi mengatakan bakal membacakan kitab tersebut di majelisnya di Al-Azhar. Dan hal tersebut tentu saja sangat membanggakan.
“Yang membahagiakan, Syaikh Abdul Aziz mengatakan akan membalah dan membacakan kitab karya Kiai Afif tersebut di majelis keilmuannya di Al-Azhar Mesir, setelah nanti beliau kembali ke negaranya,” tulis Ahmad Ginanjar Sya’ban, alumnus Universitas Al-Azhar Mesir yang mendampingi safari dakwah Syekh al-Syahawi.
Selain kitab tersebut, Kiai Afif juga menghadiahi kitab Jumhuriyyah Indunisiya al-Muttahidah fi Mizan al-Syari’ah (Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Timbangan Syariah). Kitab ini, tulis Ginanjar, berisi kajian penting terkait fikih tata negara dan politik kebangsaan.
“Di sana Kiai Afif memberikan argumen keagamaan yang menegaskan jika Islam dan nasionalisme-kebangsaan adalah dua hal yang tidak untuk dipertentangkan. NKRI sudah sesuai dengan nilai-nilai syariat Islam,” jelas Dosen Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (FIN Unusia) itu.
Sementara itu, Syekh Abdul Aziz menghadiahkan untuk Kiai Afif kitab Bughyah al-Tsawi yang memuat biografi intelektualnya, dan kitab Majmu’ al-Ta’lifat yang merupakan bunga rampai karangannya. Ia juga banyak mengungkapkan doa dan madah puji untuk Kiai Afif.
Syekh Abdul Aziz menyebut Kiai Afif sebagai sosok kiai bertuah dan mberkahi (rajulun mubarak). Selain dari itu, mengatakan Kiai Afif sebagai rujukan penting dalam keilmuan, khususnya ilmu fiqih. Ia berpesan kepada para santri Indonesia agar senantiasa berlaku baik terhadap Kiai Afif, memuliakannya, dan mengikutinya dalam berbagai hal, baik ucapannya, kebiasannya, maupun lakunya. (Ful)