Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PW RMINU) Jawa Timur meminta seluruh pihak tidak menyamaratakan pondok pesantren. Termasuk kasus pencabulan di Pondok Pesantren Shiddiqiyah Jombang.
”Kesalahan yang terjadi merupakan tindakan yang dilakukan salah satu dari oknum pondok pesantren. Dimohon untuk tidak menggeneralisasi seluruh pesantren,” ucap Ketua PW RMI NU Jatim Iffatul Lathof dalam keterangan persnya, Senin (11/7).
Menurut dia, apa yang terjadi di Ponpes Shiddiqiyah Jombang tidak terjadi di ponpes lain. PW RMI NU Jatim menegaskan, ponpes tersebut bukan bagian dari RMI NU.
”Pesantren yang besangkutan tidak merupakan pesantren yang berafiliasi dengan RMI,” tegas Iffatul Lathof.
Gus Lathof, sapaannya, menerangkan, PW RMI NU Jawa Timur mendukung penuh upaya penanganan yang dilakukan pemerintah dan pihak kepolisian untuk menangani kasus itu. Pihaknya berharap tidak ada lagi kasus serupa.
”Kami mendukung upaya pemerintah (Polri dan Kemenag) dalam penanganan kasus ini sebagai sarana tarbiyah, supaya tidak ada lagi masalah serupa yang ditemukan di kemudian hari,” harap Iffatul Lathof.
Dia menjanjikan, PW RMI NU Jawa Timur siap memberikan pendampingan pada korban. Santri-santri yang terdampak, juga akan diberikan pendampingan.
”PW RMI NU Jatim akan memberikan perlindungan sosial untuk santri yang terdampak dalam penyelesaian kasus ini jika diperlukan,” kata Iffatul Lathof.
PW RMI NU juga mengajak seluruh pihak untuk menunggu putusan atas kasus tersebut. Penegak hukum diharapkan menegakkan asas praduga tak bersalah.
”PW RMI NU mengajak untuk bersama-sama menahan diri dan senantiasa mengedepankan praduga tidak bersalah,” tutur Iffatul Lathof.
Penguatan Norma di Pesantren
Dewasa ini marak kasus kekerasan seksual yang terjadi di ranah perempuan bahkan terjadi di pendidikan yang berbasis Islam atau pondok pesantren. Namun, adanya isu-isu kasus yang bermunculan di berbagai media tentang kekerasan seksual diharapkan tidak membuat nilai-nilai pondok pesantren menjadi menurun.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Yayasan Igra Pesantren Yatama Aisyah, Ning Kholida Ulfi dalam acara Ihwal Jam’iyah TV9, Selasa (12/07/2022).
“Tugas pesantren itu berat sekali, jangan sampai ini menciutkan nyali pondok pesantren untuk terus berjuang, apalagi ini juga tantangan kita di era modern. Terlebih lagi, yang telah kita ketahui bahwa di pondok pesantren yang ditanamkan tidak hanya nilai pengetahuan umum tetapi nilai dasar akhlak juga diberikan,“ katanya.
Oleh karena itu, Anggota Komisi Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat MUI Jawa Timur itu juga menjelaskan bahwa pesantren harus menjaga tradisi dan norma meskipun saat ini program pendidikan yang dijalankan sudah bermacam-macam.
“Pesantren sekarang dengan yang dulu berbeda. Tapi, poin-poin yang diajarkan di pondok pesantren tentunya itu tidak akan berubah. Kita tetap harus menjaga tradisi dan norma. Meskipun saat ini ada pesantren salaf, modern, dan khalaf,” jelasnya.