Menteri Pendidikan dan Kebudayaan-Riset Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mendorong riset berkualitas dan melahirkan inovasi yang bermanfaat untuk orang banyak. Nadiem menegaskan itu saat menyampaikan sambutan secara daring dalam pembukaan Pekan Pemuda Riset dan Inovasi Nasional (PIRN) XX tahun 2022 di Mataram, Senin (11/7/2022).
Menurut dia, pada tahun 2021, Indonesia menduduki posisi ke-20 dari 232 negara di seluruh dunia dengan total publikasi artikel riset mendekati 50.000 artikel.
Jumlah ini bisa dibilang sebagai sebuah capaian yang baik, tapi saat berbicara tentang dunia penelitian tidak cuma sebatas jumlah.
“Kita harus mempertimbangkan kualitas dari riset tersebut mulai dari metodologi yang digunakan, cara menganalisis data sampai mempresentasikan temuan penelitian. Selain itu yang tidak kalah penting juga adalah dampak dari riset yang kita lakukan bagaimana hasilnya bisa mendukung perkembangan ilmu pengetahuan atau melahirkan inovasi yang bermanfaat bagi orang banyak,” jelas Nadiem.
Melalui gerakan Merdeka Belajar Kemendikbudristek memprioritaskan upaya penguatan ekosistem riset di satuan Pendidikan.
Nadiem menyebut, Kemendikbudristek memiliki Program Matching Fund yang mempertemukan perguruan tinggi dengan industri untuk melakukan riset didukung Kemendikbudristek melalui skema pendanaan anggaran.
Tahun 2021, Kemendikbudristek mendanai lebih dari 450 proposal di tingkat perguruan tinggi akademik maupun vokasi dengan total dana dukungan Rp280 mikiar. Sementara, untuk para pelajar tahun 2022, Kemendikbudristek juga melanjutkan Program Ki Hajar STEM sebagai ruang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas.
“Sampai hari ini sudah lebih dari 65.000 pelajar di seluruh Indonesia yang mengikuti program ini dan menjadi generasi Ki Hajar STEM,” kata Nadiem.
Untuk diketahui, Kihajar STEM merupakan wadah eksplorasi untuk peserta didik di satuan pendidikan SD, SMP, SMA, dan SMK/ sederajat dan SILN agar dapat memiliki keterampilan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan mampu berkomunikasi dalam menyelesaikan masalah atau projek berbasis STEM (science, technology, engineering, math) melalui pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Laksana
Tri Handoko menambahkan, bahwa pihaknya pada tahap awal tidak membebani para periset agar hasil penelitian bisa diterapkan.
Namun, pihaknya mendorong sebanyak mungkin riset yang bagus, karena emakin banyak riset yang bagus, ujarnya, maka semakin banyak peluang untuk diterapkan.
“Untuk aplikasi hasil riset ada skema khusus di hilirisasi. Ada deputi yang menjalin kemitraan,” tukasnya.