Siapa saja bisa menjadi pengusaha. Seperti hal nya yang dialami Arya Maulana Hidayat berhasil membuka bisnis minuman topping boba yang cukup digemari. Arya, dulu adalah anak punk, ia merupakan Penerima Manfaat (PM) di Sentra Handayani Kementerian Sosial (Kemensos).
“Saya dulunya anak punk, anak jalanan. Saya hidup dijalan karena broken home, masalah keluarga. Saya tinggal dengan nenek sejak lahir, bukan sama orang tua. Kakek saya sudah meninggal, jadi nenek saya sendirian banting tulang, dia harus ngurusin adik saya juga,” tutur Arya.
Kemudian dia pun memilih keluar dari rumah dan hidup di jalanan. “Saya pergi ke berbagai daerah seperti ke Bandung dan Surabaya. Saya menumpang pakai truk-truk besar di jalan. Untuk menghidupi diri, saya mengamen dan tidur di mana saja,” tambahnya.
Hasil dari ia mengamen digunakan untuk mabuk bersama teman-temannya. Selama empat tahun ia menjalani hidup seperti itu. Namun, hidupnya tergerak untuk lebih baik ketika bertemu pendamping dari sentra. Arya mulai berkeinginan untuk berubah dan membahagiakan keluarganya, sehingga ia ikut pendamping ke sentra.
Kementerian Sosial melalui Sentra Handayani Jakarta pun berhasil mengubah hidupnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Berbagai kegiatan positif dilakukan Sentra untuk mengubahnya, melalui pendampingan dan pelatihan kelas otomotif, melukis, sampai membimbing Penerima Manfaat (PM) untuk berbisnis.
Berbagai aturan diterapkan sentra milik Kemensos agar para PM lebih disiplin dan hidup lebih terjadwal, sehingga mereka dapat beradaptasi di masyarakat nantinya. Berbagai kegiatan mulai dari bangun tidur sudah diatur, seperti beribadah, sarapan dan bersiap untuk mengikuti kelas keterampilan.
Lewat berbagai kegiatan keterampilan yang dilakukan, sentra juga memberikan dukungan lain dengan mempertimbangkan potensi PM seperti keterampilan berbisnis. “Potensi PM seperti Arya kita dukung, karena dari dirinya ada dorongan untuk berubah,” jelas Kepala Sentra Handayani terdahulu Sulistya Ariadhi.
Pekerja Sosial (Peksos) dan psikolog sebagai bagian dari SDM pendamping di sentra akan melakukan asesmen yang komprehensif terlebih dahulu sebagai proses awal rehabilitasi. Hasil asesmen menjadi tolak ukur apakah PM harus dibawa ke sentra atau tidak. Hasil tersebut juga digunakan sebagai penentu lamanya proses rehabilitasi yang akan dilakukan.
Selain adanya kelas otomotif, melukis dan mengaji, nasehat demi nasehat rutin disampaikan kepada PM untuk membuat kesadaran Arya akan pentingnya keluarga terus bertumbuh. Setelah PM kembali dengan keluarga, sentra akan tetap memonitoring perkembangannya dengan memastikan ia tidak kembali ke masa lalunya.
“Saya berharap untuk Arya dapat lebih baik terus, utamakan keluarga dan usahanya tetap dijalankan,” harap Kepala Sentra Handayani.