Search

Mantan Guru Sukses jadi Pengusaha Kripik Usus

Limbah ayam seperti usus jangan dianggap sebelah mata, meskipun ‘menyembur’ aroma tak sedap, ternyata usus ayam menjadi bernilai jika diolah dengan baik. Seorang Ibu di Surabaya meraup penghasilan jutaan rupiah perbulan dari penjualan keripik usus.

Keripik usus hasil olahan tangan Amalia Nur Fadhilah ternyata cocok di lidah para konsumen. Keripik usus olahannya ternyata berbeda dengan yang lain. Ia meracik keripik usus dengan tiga varian rasa.

“Ada tiga varian rasa, pertama rasa original, balado, dan pedas,” kata perempuan kelahiran Surabaya, 04 Mei 1995 itu.

Amalia, panggilan akrabnya menyampaikan beberapa varian rasa yang ditawarkannya pun sangat enak dan bikin nagih. Selain itu, keripik dengan nama Crispy Millenial itu juga dikemas dengan desain tak kalah menarik dengan produk camilan industri lainnya.

Baca Juga:  Teten Masduki Dorong Produk Wellness Bali Tembus Pasar Global

“Selain rasa, bagi saya yang paling itu kemasan, sebab pertama dilihat itu kemasannya,” ujarnya.

Amalia menceritakan, awalnya dirinya mulai berwirausaha pada saat pandemi. Ketika masih tinggal di Jakarta ia berprofesi sebagai guru swasta, namun karena tempat ia mengajar tutup, akhirnya membuka franchise.

“Saya dan calon suami tertarik untuk membuka franchise kebab pisang bareng teman. Waktu itu di Jakarta lumayan rame, karena mungkin kebutuhan orang Jakarta kalau pulang kerja sore minum the dan kebab pisang. Saya coba franchise, alhamdulillah rame, satu minggu itu bisa 20-40 pcs,” ungkap Amalia, Kepala Laboratorium pcr di Neolab 2021 tersebut.

Amalia melanjutkan, dari modal jualan itulah akhirnya ia bisa pulang ke Sidoarjo, Jawa Timur. Di sana, Amalia membuka stand di Surabaya. Namun, karena kondisi daerah dan pasar yang berbeda, usaha kebab pisang yang dibuka 3-4 bulan tersebut rugi dan harus tutup.

Baca Juga:  Berkah Lapak Ganjar, Pemesanan UMKM Makrame ini Meningkat

“Pikiran saya kebab pisang di Surabaya itu bakalan rame, ternyata tidak. Saya buka usaha itu 3-4 bulan, dan saya rugi. Waktu itu pertimbangannya tempat, karena stand kami tutup itu jam 8 malam. Karena rugi dan persiapan nikah, saya dan suami itu mikir bikin usaha apa yang semua orang bisa makan, harganya lumayan terjangkau, tahan lama, dan saya tidak repot-repot bikin,” terang Amalia, Asessor Jurusan TLM Bekasi 2019-2022 itu.

Amalia mengaku, dari pengalamannya merintis usaha itulah, ia merasa, saat ini usaha yang digelutinya berkembang dan membuahkan hasil keuntungan yang bisa untuk mencukupi kehidupan keluarganya.

“Dari usaha ini, saya merasa lumayan untung, meski belum besar, tapi itu bisa menjadi penangkal akhir bulan. Dari situlah saya mencari bisnis yang tetap jalan, saya tidak terlalu pusing, tapi awet, banyak orang suka, dan makanya kenapa saya kasih nama milenial itu, saya ingin dari kalangan lama dan anak baru bisa makan,” jelasnya Amalia, Kaprodi SMK TLM 2019-2020.

Baca Juga:  Pemkab Lombok Timur Dukung Literasi Keuangan Bagi Pelaku UMKM

Amalia menambahkan, pertama kali jualan, ia membeli bahan dua bal, kemudian memposting di media sosial. Dari posting tersebut ada yang tertarik untuk membeli produk tersebut.

“Waktu itu ada tetangga, anak SMP pesan 15 pcs. Dari situ saya mikir kemasan dan stiker, di stiker saya kasih tulisan awas ketagihan dan sampai sekarang orang-orang justru banyak yang ketagihan,” tutup Amalia, anggota Ikatan Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (Imatelki) Jawa Timur 2013-2015.

Lina

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA