Search

Dari Ibu Rumah Tangga Hingga Sukses Kembangkan Bisnis

Bagi kebanyakan orang bisnis itu sulit, tapi itu tidak berlaku untuk Agung Artini, Owner Aqio Snack ini justru mulai berbisnis ketika ia resign dari suatu company. Tini, begitulah panggilan akrabnya, mengatakan, mendapat dukungan dari suaminya untuk membuka bisnis camilan.

“Setelah resign, di rumah itu saya suka ngemil. Terus suami nyeletuk “kenapa nggak jualan saja”. Kemudian saya konsultasi dengan Ibu Miming Meriana selaku Ketua Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) Jawa Timur. Saya mendapat banyak masukan, termasuk diajak melihat pameran IPM, ditambah saya juga riset di internet,” katanya.

Tini mengaku, Ibu-ibu IPM kreatif dan inovatif. Terutama pada produk kulinernya yakni camilan, seperti olahan keripik singkong, keripik kelor, yang kemasannya tentu menarik. “Saya berdiskusi bersama suami untuk membentuk tim, dan produk yang pertama itu stik keju. Saya memilih keju ini karena pada umumnya akan disenangi semua kalangan. Saya dan anak saya juga senang, biasanya di rumah pagi-pagi sarapan sandwich yang ada campuran kejunya,” paparnya.

Baca Juga:  KemenKopUKM Gelar Business Matching Tahap 2, Dorong Belanja Daerah

Lebih lanjut, Tini menjelaskan, konsep bisnis yang diterapkan adalah memperbanyak reseller. Semakin banyak reseller, semakin cepat peningkatan omset pada suatu barang. Sementara itu, produk yang dimiliki tidak hanya stik keju, ada kentang dengan dua varian rasa pedas dan original ini harganya lebih murah, yakni Rp.15 ribu rupiah dengan berat 250g. Sedangkan, untuk minuman sinom, khusus reseller dikasih harga Rp.6 ribu rupiah.

“Sinom yang kami produksi terbuat dari bahan-bahan alami. Sehingga bagus untuk dikonsumsi semua kalangan. Sinom adalah minuman biasa bukan jamu, tapi khasiatnya memberikan manfaat sebagai hebal,” ungkapnya.

Tini mengungkapkan, Aqio adalah nama brand yang terinspirasi dari anaknya yang suka ngemil. Aqio memiliki beberapa produk di antaranya stik kentang, sinom dan sambal pecel kemasan.

Baca Juga:  Pelaku UMKM Perlu Utamakan Sertifikasi Halal, Ini Alasannya

“Untuk sambal pecel itu kami kemaren belajar kirim sampel ke Turki. Sambal pecel itu banyak varia nada yang pedas, sedang dan tidak pedas, dijual dengan harga Rp.15 ribu. Kami juga menjual sambal pecel dengan beda kemasan yang lebih baik dengan harga harga Rp.22 ribu rupiah,” ujarnya.

Tini terus berupaya agar produknya lebih banyak diminati masyarakat. Oleh karenanya, ia mengupayakan agar produknya menarik. Tini juga sering belajar desain produk lewat aplikasi-aplikasi yang sudah umum ditemui.

“Kemasan dibuat semenarik mungkin agar para konsumen dapat first impression yang bagus, sehingga tertarik mencoba. Makanan itu harus identik enak, jadi, orang itu pasti Kembali. Saya menggunakan prinsip tersebut, karena, ketika orang mencoba salah satu produknya enak, orang akan mengganggap produk lainnya juga enak,” imbuhnya.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA