Search

Berkunjung ke Pulau Seribu Masjid Lombok, Banyak Jejak Peninggalan Sultan Lombok

Lombok dikenal sebagai Pulau Seribu Masjid. Masyarakatnya dikenal religius. Islam menjadi sipirit penggerak kemajuan peradaban masyarakat Lombok hingga kini. Tapi tidak banyak yang tahu bagaimana Islam masuk dan berkembang di Lombok. Lombok Post menelusuri catatan sejarahnya dari buku “Sejarah Islam Lombok; Abad ke-16 hingga Abad ke-20” karya Dr Jamaluddin.

Dilansir dari Jawapos online, penyebaran Islam tidak lepas dari perkembangan perdagangan antar daerah di nusantara. Di sepanjang pantai kepulauan nusantara, tumbuh kota-kota bandar perdagangan dan pelayaran. Sekitar abad ke-13, tumbuh kota-kota pusat perdagangan di bawah hegemoni kerajaan Islam, seperti Samudera Pasai. Di susul Malaka abad ke-15, termasuk kota-kota bandar di Pulau Jawa, berlanjut ke Kalimantan, Maluku, Bali hingga Nusa Tenggara.

Kehadiran kota-kota emporium (pusat perdagangan) Islam di Nusantara membuat para pedagang Islam ikut ambil bagian dalam perdagangan internasional maupun regional, termasuk ke Lombok.

Baca Juga:  Festival Kuliner Solo Digelar Mulai 9 Maret

Karena itu, Jamaluddin dalam bukunya memperkirakan pada abad ke-15 sudah ada pedagang muslim bermukim di Lombok. Sejak saat itu pula Islam hadir di Lombok. Meski bukti-bukti masih minim, namun ia yakin orang-orang Islam sudah ada yang tinggal di Lombok. Terkait hal itu, belum banyak catatan sejarah yang bisa membuktikan.

Dalam buku “Sejarah Islam Lombok” Jamaluddin menelusuri sejarah masuk dan berkembangnya Islam melalui sumber-sumber lokal, salah satunya naskah Babad Lombok. Dalam naskah tersebut disebutkan, dari Pulau Jawa agama Islam berkembang ke Kalimatan, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.

Penyebaran dilakukan oleh beberapa ulama, salah satunya Sunan Prapen atas perintah Sunan Giri. Sunan Prapen mendarat pertama kali di Salut, perkampungan tua yang ada di wilayah pesisir timur Lombok. Salut pada zaman itu merupakan bagian dari wilayah kerajaan Bayan, masa kini masuk ke dalam Kecamatan Kayangan, Lombok Utara. Jamaluddin memperkirakan, waktu kedatangan Sunan Prapen sebelum tahun 1545 M.

Baca Juga:  Dieng Culture Festival Siap Digelar Agustus

Sebelum mengislamkan kerajaan Lombok, Sunan Prapen terlebih dahulu mengislamkan masyarakat Salut. Salah satu buktinya adalah masjid tua di Desa Salut yang bisa dilihat hingga saat ini. Artinya yang pertama memeluk Islam bukan kerajaan Lombok/Selaparang, tetapi masyarakat Salut dan wilayah barat daya.

”Desa Salut memiliki peran sangat strategis dalam proses islamisasi wilayah Lombok,” kata Jamaluddin, yang ditemui di rumahnya.

Rangga Salut, seorang komandan prajurit di Salut menyarankan kepada Sunan Prapen, jika ingin mengislamkan Lombok secara lebih luas, mereka harus mengislamkan terlebih dahulu kerajaan Lombok/Selaparang di bawah kekuasaan Raja Prabu Rangkesari. Saat itu kerajaan Lombok terpusat di wilayah Labuan Lombok.

Setelah Salut dan sekitarnya terislamkan, Sunan Prapen melanjutkan perjalanan menuju Labuan Lombok yang saat itu menjadi pusat kerajaan-kerajaan Lombok. Mengislamkan Raja Lombok sangat penting untuk memuluskan gerakan dakwah ke berbagai tempat di Lombok, khususnya kerajaan-kerajaan yang ada di bawah kekuasaan Selaparang.

Baca Juga:  Ajak Belanda Kembangkan Wisata Air

Dalam Babad Lombok dijelaskan, raja Lombok menerima kehadiran agama Islam di bawah mubalig Jawa setelah melakukan beberapa kesepakatan. Namun dalam perkembangannya, kesepakatan itu ternodai, hasutan beberapa tokoh dalam istana membuat raja berbalik haluan dan mengingkari kesepakatan tersebut.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA