Search

Mohamad Syafi’i Alielha – Jaga Jarak Dunia Politik

Pesta demokrasi akan segera dimulai. Sejumlah persiapan telah dilakukan utamanya mereka yang hendak maju sebagai calon presiden pada 2024. Demikian pula sejumlah ketua umum partai politik mulai menjajaki pertemuan dan kerja sama demi memastikan wajah dukungan dan kebersamaan di tahun politik mendatang. Bagaimana dengan Nahdlatul Ulama?

Terkait hal ini, Ketua Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) Mohamad Syafi’i Alielha atau Savic Ali menegaskan NU sebagai organisasi sosial akan menjaga jarak dengan dunia politik. Dirinya menegaskan, NU memiliki prioritas yang berbeda dengan partai politik.

“Tetapi NU organisasi sosial ‘menjaga jarak dalam politik’, karena NU punya prioritas tersendiri yang berbeda dari parpol,” kataa dalam diskusi “Peran Organisasi Kemasyarakatan dalam Menjaga Demokrasi” di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Senin (06/06/2022).

Baca Juga:  H Choirul Sholeh Rasyid - Tanam 10 Juta Pohon

Savic mengakui NU memang memiliki kans yang besar untuk menyukseskan pemilu dan medium mencapai demokrasi, namun banyak tantangan yang harus dilewati. Sejumlah hal tersebut yang mengharuskan NU memiliki kalkulasi yang lebih hati-hati agar langkah yang diambil dapat diterima beragam kalangan.

Pada saat yang sama, dirinya juga menyitir kegandrungan kalangan muda saat menyikapi partai politik dan pemilu.

“Kalau generasi muda di era sosial media jauh lebih aware. Terkait itu walaupun skeptis terhadap politik juga kita akui lumayan,” ucapnya.

Meski begitu, dia tak menampik warga NU banyak yang terlibat dalam konteks hubungan sosial politik Indonesia. Bahkan, kata Savic, banyak warga NU yang menjadi politisi hingga pejabat negara.

Baca Juga:  Yenny Wahid Beda Dukungan Politik dengan Suami di Pilpres 2024

“Dalam konteks NU, saya kira warga NU banyak sekali terlibat dalam konteks hubungan sosial politik Indonesia. Ada banyak sekali warga NU yang menjadi anggota parpol dan pejabat negara,” tutur Savic.

Selain itu, Savic menuturkan secara umum warga NU sangat memiliki kesadaran yang cukup dalam praktik demokrasi di Indonesia. Tidak sedikit dari Nahdliyin atau warga NU yang menjadi penentu bagi kontestasi di daerah.

“Terkait misal praktik demokrasi di Indonesia termasuk Pemilu 2024, saya kira di lingkungan NU sudah mulai muncul diskursus, perbincangan,” katanya.

(Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA