Search

Pesantren Darul Amal Lampung, Padukan Agama dan Iptek

Pesantren Darul A’mal di Jalan Pesantren, Mulyojati, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro, saat ini menjadi salah satu pesantren yang cukup diperhitungkan di Provinsi Lampung. Sampai saat ini pesantren yang didirikan mantan Ketua PWNU Lampung dua periode, KH Khusnan Musthofa Ghufron, ini masuk dalam 10 besar Pesantren Salafiyah semi modern terbaik tingkat nasional.

Selain pendidikan berdasarkan keagamaan seperti Madrasah Diniyah Takmiliyah, Madrasah Tsanawiyah (Terakreditasi), Madrasah Aliyah (Terakreditasi), di dalam pondok ini ada juga pendidikan umum SMK (TKJ dan Tata Busana). Fasilitasnya pun cukup lengkap. Antara lain ruang belajar tiga lantai, masjid dan mushola, asrama, laboratorium komputer, laboratorium IPA, ruang tata busana, sanggar kesenian, laboratorium bahasa hingga hotspot area.

Selama puluhan tahun berdiri, pesantren ini menghasilkan pelajar dan santri berkualitas. Salah satu yang pernah mengenyam pendidikan di tempat ini adalah Ketua Bawaslu Lampung, Fatikhatul Khoiriah.

Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darul A’mal didirikan pada tahun 1988. Menurut KH. Syamsudin Tohir, sahabat KH Khusnan yang juga menjadi salah satu pendiri Ponpes, kisah awal berdirinya pesantren ini berawal dari kejenuhan Kiai Khusnan Musthofa Ghufron di dunia politik. Setelah berhenti dari tugasnya sebagai anggota DPRD pada tahun 1987, suami Hj Siti Muntamah itu kemudian menggagas ide berdirinya pesantren dan terwujud setahun kemudian.

Baca Juga:  Satgas GKMNU Ponorogo Gelar Konseling Kesehatan Mental Berbasis Media Film di Pondok Pesantren

“Dia bilang sama saya, capek di politik. Terus, kalau bisa buat pesantren. Tapi beliau nggak mau pulang ke Jepara (kampung halaman Kiai Khusnan). Akhirnya ketemu lahan ini dan memulai di situ,” cerita Kiai Syamsudin kepada NU Lampung Online saat ditemui di kediamannya, di depan pondok pesantren Darul Amal di Jalan Pesantren, Mulyojati 16 B, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro.

Menurut Kiai Syamsudin, pesantren tidak dibangun sekaligus jadi. Dalam mendirikan bangunan, KH Khusnan membeli sebidang tanah sedikit demi sedikit dan terus meluaskan daerah atau lingkungan pondok pesantren secara berkala.

Begitu juga dalam pembangunannya, kiai kelahiran Blitar Jawa Timur itu memulainya dengan membangun bangunan kecil dan secara terus menerus membangun dan akhirnya memiliki beberapa bangunan besar.

Pada tahun 1989 datanglah beberapa santri, dengan kegiatan ‘ubudiyah dan mengaji secara bersama di mushola dan beberapa gutean (kamar) yang telah dibangun. Dalam perkembangannya jumlah anak yang ingin mengaji dan mondok semakin banyak, sehingga pada tahun 1990 beliau mendirikan lembaga formal dengan mendirikan Madrasah Tsanawiyah.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Nurul Qarnain Jember, Cetak SDM Mahir Kitab Kuning

Pondok Pesantren Darul A’mal seluas 3000 meter persegi ini semakin berkembang dan dikenal di masyarakat secara luas, sehingga animo masyarakat semakin tinggi.

Dengan dorongan dan desakan itulah akhirnya pada tahun 1993, Kiai Khusnan mendirikan lembaga formal yaitu Madrasah Aliyah bersama dengan pendirian SD Asuh. Lalu pada tahun 2008 mendirikan lembaga formal yang setingkat dengan Madrasah Aliyah yaitu lembaga pendidikan SMK yang berkonsentrasi pada keilmuan komputer.

Menjaga Tradisi Saat ini jumlah santri mencapai 1600 orang dan sudah meluluskan ribuan orang santri. Mereka dididik oleh tenaga pengajar yang jumlahnya 170 orang.

Selama pembelajaran, mayoritas para santri ini menetap di asrama, kecuali mereka yang berdomisili tak jauh dari lingkup pondok pesantren. Ada 47 asrama yang sanggup menampung seluruh santri yang datang dari berbagai daerah, bahkan dari luar provinsi Lampung seperti Palembang, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Bengkulu dan lainnya.

Baca Juga:  Pesantren Inklusif Bantu Santri Disabilitas Mandiri dalam Beribadah

“Kami eksis karena kami menjaga tradisi, ahlussunnah waljamaah,” kata anak Kiai Khusnan yang dipercaya meneruskan tongkat kepemimpinan yayasan, Gus Sodik. Menurut Gus Sodik, pesantren Darul Amal terus berkembang dari waktu ke waktu. Pesantren yang dulunya hanya memiliki satu gedung, hingga saat ini sudah memiliki 4 gedung.

“Saat ini, yayasan bahkan sedang membangun masjid di dalam pondok yang akan dibuat hingga tiga lantai,” tambahnya.

Aktivitas pendidikan di pondok pesantren Darul A’mal selain kajian kitab kuning adalah pendidikan umum misalnya, IPA, IPS, B.Arab, B. Inggris, IT, pembelajaran Manaqib Syekh Abdul Qadir al Jailani ra, Rebana (Hadrah) dan lain sebagainya yang terdapat beberapa jenjang pendidikan yakni, SD Asuh, MTS, MA, SMK.

Potensi pengembangan lain adalah mulai direncanakan untuk membangun Sekolah Tinggi Agama Islam di Yayasan Pondok Pesantren Darul A’mal karena melihat bahwa banyak dari lulusan pondok pesantren masih ingin meneruskan pendidikan formalnya ke jenjang yang lebih tinggi.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA