Search

Pondok Pesantren Rahmatan Lil Alamin Nganjuk Cetak Santri Mandiri dengan Komplit Skill

Sepanjang jalan, hamparan sawah yang menguning menemani perjalanan menuju Pondok Pesantren (Ponpes) Rahmatan Lil Alamin Dusun Gebangsiwil Desa Bukur Kecamatan Patianrowo Kabupaten Nganjuk. Semua pemandangan ini nampak memanjakan mata, bagi warga kota yang datang untuk mengantarkan anaknya nyantri.

Sebagian jalan desa di daerah Nganjuk memang masih banyak yang berlubang. Tetapi, tak di sangka di tengah himpitan persawahan dan perjalanan yang tidak mulus bisa berdiri megah Yayasan Pendidikan Islam dan Sosial (YPIS) Sunan Ampel yang menaungi Ponpes Rahmatan Lil Alamin.

Ridwan Baidlowi, sebagai generasi ketiga Pengasuh Ponpes Rahmatan Lil Alamin mengatakan semua itu tidak lepas dari perjuangan para pengasuh dan paran santri, mereka semua membantu membesarkan pesantren.

Pendidikan Wirausaha

Melihat semakin sulitnya mencari lapangan pekerjaan, Ridwan Baidlowi menambahkan empat moto penting sebagai landasan bagi lulusan pesantren dan sekolah, karena keduanya saling beriringan. Semua santri yang mondok di Ponpes Rahmatan Lil Alamin wajib sekolah di dalam yayasan. Semua itu dirangkum untuk menjadikan santri memiliki nilai Integrasi, Keislaman, Keilmuan dan Entrepreneure.

Baca Juga:  Buntet Pesantren Pernah Dihujani Bom oleh Belanda

“Entrepreneur itu wajib, makanya MA kita kembangkan keterampilan dengan 4 bidang. Agrobisnis dan multikultural, seni dan industri kreatif, teknik pengawasan, dan desain grafis dan multimedia. Jadi prinsip kita berkarya harus laku dijual,”kata alumnus PP Rejoso Peterongan Jombang ini penuh semangat.

Program entrepreneur diberikan untuk santri yang sudah menenpuh pendidikan aliyah, sedangkan santri usia tsanawiyah melaui proses seleksi. Untuk program agrobisnis di MTS masih diajari, kalau di aliyah semua wajib mengikuti keempat bidang itu. Saling kerjasama antara program pesantren dan sekolah formal.

“Dari segi marketing, saya mengajak para santri untuk melihat siaran televisi nasional mengenai bisnis anak muda, biasanya selesai mereka mengaji, kami sesekali mengajak santri nonton tv,”paparnya

Baca Juga:  Pesantren Dea Malela Sumbawa, Dapat Kunjungan Menteri Perdagangan

Pembelajaran yang diambil adalah bagaimana cara mereka untuk bisa menghasilkan dana mandiri, tidak menggantungkan dana dari orang tua. Walaupun sistem bisnis yang digunakan di pesantren masih one product one pesantren. “Kalau kita mandiri enak, misalkan jual air, meski belum ada izin tapi kita edarkan sendiri. Sayuran kita tanam sendiri, perikanan itu bisa airnya buat siram tanaman,”aku Gus Ridwan ayah dari dua anak ini.

Sebagai bahan baku pertanian, pupuk kotoran sapi diambil dari ternak warga di desa sekitar lingkungan pesantren. Sebagai bagian dari pemberdayaan. Maka dari itu rata-rata santri punya tugas masing-masing. Biasanya dilaksanakan habis Dhuhur sampai dengan Ashar.

“Kecuali jika santri ada lembur mengerjakan pesanan. Baik itu proyek miniatur atau sejenisnya. Nanti kita edukasi semua, 2 hari ini ada pesanan miniatur becak mereka buat dapat royalti uang. Kalau membuat rak minimalis mereka bisa dapat 30 -150 ribu,”paparnya.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya Pesantren Tasawuf dengan Sistem Lima Pilar

Pria yang sering blusukan di dunia kreatif Yogyakarta ini seringkali menceritakan kepada para santri di Ponpes Rahmatan Lil Alamin, bagaimana orang-orang sukses dalam bisnis membangun bisnisnya. Bukan soal materi, kelebihan santri di pesantren merupakan keuntungan juga bagi para santri. Untuk itu dirinya juga selalu melakukan pembelajaran melalui mengikuti studi banding ke sentra-sentra pengrajin yang ada di Yogyakarta, Bandung, Jakarta dan tempat lainnya.

Dya

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA