Anggota Komisi VII DPR RI ini kembali menegaskan kekecewaannya tentang kondisi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Karena dalam pandangan wakil rakyat dari Jawa Timur tersebut, kondisi BRIN sangat jauh dari harapan dan tujuan awal dibentuknya. Padahal keberadaan lembaga riset ialah modal besar untuk kemajuan suatu negara.
“Ini untuk kesekian kali kita bertemu, bicara tentang hal yang itu-itu saja. Kami yakin semua fraksi hari ini merasa kecewa, karena ternyata hasil dari adanya BRIN itu bukan tidak mendekati, tapi jauh sekali dari apa yang selama ini menjadi harapan kita bersama,” ungkap Ratna.
Hal itu disampaikan dalam rapat audiensi Komisi VII DPR RI dengan Masyarakat Pemajuan Iptek dan Inovasi Nasional, terkait keprihatinan terhadap kondisi BRIN, di Ruang Rapat Komisi VII DPR RI, Senayan Jakarta.
Selain itu ia menerangkan ada harapan dari Komisi VII DPR RI saat mendukung BRIN agar dapat menjadi satu lembaga yang bisa menjamin proses penelitian dan mengkoordinasikan seluruh periset yang ada di tanah air. Apapun jenis disiplin ilmunya, yang terpenting hasil-hasil produk riset itu nantinya bisa dihilirisasi dan bermanfaat bagi masyarakat seluruh Indonesia.
“Namun ternyata setelah adanya BRIN kami melihat banyak sekali distorsi yang terjadi apa yang diinginkan dengan apa yang terjadi itu saja sudah tidak sama. Belum lagi polemik masalah manajemen sumber daya manusia yang menurut kami sangat sangat buruk. Saya sampai katakan kepada kepala BIN bahwa saya minta bapak ini memanusiakan manusia,” tegas politisi Fraksi PKB itu.
Menurutnya, periset itu adalah modal yang sangat besar untuk kemajuan sebuah negara. Dimana di tangan periset nantinya arah pembangunan bangsa ditentukan. Dengan dibubarkannya Kemenristek saja Komisi VII DPR, kata Ratna, sudah sangat kecewa.
“Komisi VII sempat dijanjikan BRIN akan menjadi lembaga yang super power, bisa menarik anggaran sekian sekian besar, sehingga bisa memastikan keberhasilan dan memberikan iklim riset yang lebih baik yang ada di Indonesia,” tutupnya.
(Ful)