Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Cabang Demak harus melibatkan pesantren dalam upaya melahirkan enterpreneur-enterpreneur muda yang tangguh, memiliki ketahanan, dan kemampuan dalam berkompetisi di dunia bisnis.
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI H Fathan Subchi mengatakan, tidak semua santri harus menjadi kiai di kemudian hari, tetapi juga harus ada yang menjadi wirausahawan atau entrepreneur.
“Karena itu sejak dini harus ada santri yang mendapat polesan khusus untuk bersiap menjadi wirausahawan,” kata Fathan dalam Seminar Pesantren Entrepreneur, Peran Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Pesantren dalam Membangun Optimisme Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi di Kabupaten Demak.
Kegiatan ini diselenggarakan Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Cabang Demak bekerjasama dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Pesantren Al-Fattah Setinggil Demak, Rabu (27/4). Selain Fathan juga tampil tiga narasumber, yakni Plt Direktur Grup Pelaksanaan Resolusi LPS Yanuar Ayub Falahi, dosen IAIN Kudus Waffada Arief Najiyya, dan Pembina HPN Demak, H Zayinul Fata.
Menurutnya, untuk itu HPN Demak harus bekerja keras, di sela mengkonsolidasi potensi pengusaha nahdliyin juga harus menyiapkan lahirnya entrepreneur baru dari rahim pesantren. Mendekatkan pesantren dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan finansial merupakan salah satu strategi yang perlu ditempuh.
“Seperti kali ini HPN Demak melibatkan 250 kiai dan para gus pengasuh pesantren dalam sebuah halaqah bersama LPS, lembaga baru anak kandung reformasi yang salah satu perannya menjamin keselamatan dana masyarakat yang ditempatkan di lembaga perbankan,” terangnya.
Yanuar Ayub Falahi mengatakan, LPS hadir selain untuk melindungi dana nasabah agar merasa nyaman sekaligus menjaga kepercayaan perbankan kepada masyarakat.
Karena lanjutnya, unsur trust atau kepercayaan menjadi faktor penting dalam dalam industri perbankan, kalau kepercayaan melemah potensi rush atau penarikan dana nasabah besar-besaran akan terjadi, dampaknya akan mengganggu pertumbuhan dunia usaha.
“Kami senang sekali bisa silaturahmi dengan para kiai di Demak, apalagi berkesempatan mensinkronisasikan LPS. Semoga melalui forum yang terbatas waktunya ini para kiai dan gus dapat memahami peran dan fungsi LPS,” katanya.
Gus Waffada Arief yang juga pengasuh Pesantren Al-Fattah Setinggil Demak mendorong dunia pesantren perlahan merubah pola pikir dalam menghadapi berbagai perubahan di masyarakat yang berlangsung cepat.
“Selain tetap ngaji berbagai kitab kepada para kiai, santri juga perlu memahami strategi bisnis, belajar bisnis tidak tabu bagi para santri, karena Al-Qur’an juga memerintahkan umat Islam untuk bermuamalah yang di dalamnya ada unsur perintah untuk berbisnis,” pungkasnya.