Search

Wisata Bukit Ajimut, Sejarah Benteng Perjuangan Rakyat yang Terbengkalai

Saat melintasi bukit Ajimut yang berada di kawasan Desa Waled sekaligus perbatasan Kabupaten Cirebon – Kuningan,ada pemandangan yang sangat menarik perhatian dimana keramaian yang dipadati pengunjung dari berbagai Daerah dengan berolahraga di pagi hari di bukit Maneungteung atau lebih dikenal dengan bukit Ajimut.

Dimana terdapat patung/monumen bersejarah perjuangan rakyat Maneungteung sekaligus benteng pertahanan PRI dalam merebut dan memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia melawan penjajah kala itu.

Namun ada rasa haru yang menyesakan dada bagi orang yang memiliki jiwa nasionalisme khususnya para veteran yang melihatnya.

Pasalnya keberadaan monumen bersejarah tersebut nampak tak terawat bahkan tanah di sekitarnya mulai terkikis oleh penambang kapitalis rakus yang seolah tak menghargai perjuangan rakyat Maneungteung,tanah yang sudah terkapling-kapling dan adanya tiang pemancar Telkomsel yang tepat berada di samping monumen rakyat Maneungteung.

Baca Juga:  Kuliner Nusantara Paling Disukai Jokowi

Dari hal inilah yang membuat bukit Ajimut/Maneungteung selalu ramai terlebih setiap hari Ahad/Minggu di kunjungi Masyarakat setempat dan luar Daerah untuk menjadikan wisata gratis. Seolah menyampaikan pesan kepada pemangku jabatan saat ini untuk merawat dan menghargai sisa perjuangan rakyat Maneungteung dalam mengusir penjajah agar tetap abadi di kenang masa.

Saat ditemui wartawan,Tono,56, salah satu warga Desa Waled yang pedagang di area bukit mengatakan “kakek saya adalah salah satu pejuang yang menceritakan turun temurun kepada ayah saya dan ayah saya menceritakannya lagi kepada saya.

Kalau di tempat ini dulunya adalah benteng pertahanan rakyat Maneungteung melawan kolonial Belanda di mana tempat ini salah satu tempat pertempuran yang sengit dengan penjajah. Saya dan Masyarakat di sekitar sini kerap menemukan granat yang masih aktif peninggalan pertempuran di masa itu.

Baca Juga:  5 Wisata Religi di Lombok Barat NTB

Sayang tempat ini kini seperti ini hanya menjadi tempat wisata gratis para remaja yang tak jarang juga dijadikan tempat bermaksiat oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab”,ungkapnya.

“Kalau saja kita bisa melihat dengan kasat mata mungkin ruh para pejuang di sini khususnya rakyat Maneungteung pastilah menangis dan bersedih melihat tempat ini jadi seperti ini.Saya sangat berharap kepada Pemerintah daerah terlebih pusat segera menyelamatkan tempat bersejarah ini agar selalu dapat dikenang sampai anak cucu kita dan generasi mendatang,”harapnya.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA