Pengasuh Pondok Pesantren Nahdlatussubban, Arjowinangun, Pacitan, KH Abdulloh Sadjad mengingatkan, agar Nahdliyin lebih mengoptimalkan qiyamul lail pada malam-malam akhir bulan Ramadhan.
Penegasan tersebut disampaikan ketika acara silaturahim Pengasuh Pondok Pesantren Nahdatussubban dengan masyarakat Desa Ketepung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan dan penyerahan zakat yang dipusatkan di masjid setempat, Jum’at (22/04/2022) malam.
“Keutamaan Lailatul Qodar itu pahalanya lebih baik dari seribu bulan. Sehingga umat Islam yang mendapatkannya akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu,” kata kiai Sadjad.
Alumni Perguruan Islam Pondok Tremas, Arjosari, Kabupaten Pacitan itu mengimbau jamaah agar selalu menyemarakkan bulan Ramadhan. Tidak hanya ramai di awal bulan saja, namun juga istiqomah hingga akhir.
“Jangan hanya ramai di pembukaan seremonialnya saja, namun penutupan pun juga harus tetap semarak dan gempita,” imbuhnya.
Pihaknya berharap, dari kegiatan tersebut masyarakat antusias dalam menjalankan ibadah-ibadah yang diwajibkan agama sebagai bekal akhirat. “Sehingga tidak ada lagi perbedaan ibadah sunnah atau wajib dalam setiap orang,” pungkasnya.
Profil Pesantren
Pondok Pesantren Nahdlatussubban Arjowinangun Pacitan adalah salah satu Pesantren Tua yang ada di Kabupaten Pacitan. Pada awal tahun 2011 didirikan lembaga Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Islam Nahdlatussubban dan disusul setahun kemudian, tepatnya pada Tahun 2012 Lembaga Pendidikan yang bergerak dibidang keagamaan ini mendirikan Madrasah Aliyah Nahdlatussubban.
Sebelum ada Lembaga Formal, Pesantren Nahdlatussubban telah memiliki kegiatan Pengajian Al Quran Hadits dan Kitab Kuning dibawah Asuhan Alm. KH. Masduki Dja’far.
Setelah KH. Masduki Dja’far wafat, tampuk kepemimpinan Pondok Pesantren Nahdlatussubban Arjowinangun Pacitan diamanahkan kepada Drs. KH. Abdulloh Sadjad, M.Si hingga sekarang.
Pondok Pesantren Nahdlatussubban memiliki Lembaga Pendidikan Formah dan Non-Formal, untuk Lembaga Pendidikan Non-Formal meliputi Madrasah Diniyyah Awwaliyah, Madrasah Diniyyah Wustho dan Madrasah Diniyyah ‘Ulya Sedangkan Lembaga Pendidikan Formalnya adalah SMP Islam Nahdlatussubban dan Madrasah Aliyyah Nahdlatussubban.
Sejarah
Pesantren Nahdlatussubban berdiri sejak tanggal 9 Juli 1964 M. Pesantren yang berada di Desa Arjowinangun Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan yang biasa disebut dengan julukan Lor Jere. Pesantren yang terbentuk dengan kealiman dan keuletan sosok yang menjadi panutan, contoh dan teladan bagi para santri dan masyarakat, beliau adalah putra pertama dari lima bersaudara.
Ayah beliau bernama KH. Mohammad Ja’far. Beliau mengenyam pindidikan di Bleber Sidoarjo Pacitan (sekarang menjadi SD IIC) setelah selesai dari satu tempat, beliau kembali mencari nurillahi dengan berkelana dari Kota Pace menuju ke sebuah daerah dengan sebutan Surakarta Hadiningrat atau sekarang bernama Solo. Beliau mengenyam pendidikan di Pesantren Mamba’ul Ulum.
Saat mengenyam pendidikan, beliau juga membuat beberapa karangan-karangan yang masih ada sampai sekarang dan dipelajari hingga di luar negeri. Salah satu karangan beliau adalah syair dalam bentuk tulisan Pegon dengan memakai bahasa jawa. Dalam karangan beliau yang berbentuk syair ini ada yang menerangkan tentang hukum-hukum syariat agama Islam dan sejarah Nabi Muhammad SAW.