Search

KH Abdul Ghofur Maimoen Agar Bisa Lebaran Bareng

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini berpesan agar umat Islam di Tanah Air lebih mementingkan kebersamaan dibandingkan kepentingan pribadi. Hal tersebut dikemukakan terkait dengan perbedaan penentuan awal Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

Dirinya menyebut yang hendaknya dikedepankan adalah rendah hati. Dalam artian ketika para tokoh memegang ijtihad yang dilakukannya itu bukanlah kebenaran mutlak yang harus dipertahankan sehingga mengorbankan kebersamaan umat yang tentu saja jauh lebih penting.

Gus Ghofur pun mengisahkan teladan dari negeri Mesir yakni Syekh Prof Musa Syāhīn Lāsyīn, guru besar bidang hadits di Al-Azhar.

“Pagi itu adalah awal Ramadhan. Saya ke kampus dan masuk di ruang perkuliahannya. Ia bertanya kepada santri-santrinya, kapan memulai puasa Ramadhan. Tentu saja kami memulai puasa di hari itu. Tak ada tradisi berbeda memulai puasa di sini. Semua seragam, sesuai dengan pengumuman pemerintah,” tulis Gus Ghafur dalam akun media sosialnya, Ahad (24/04/2022).

Baca Juga:  Kreativitas Pemuda Sulap Hutan Mahoni Blora Jadi Tempat Pariwisata

“Hal yang tak saya duga, tiba-tiba ia menyampaikan bahwa menurutnya puasa Ramadhan seharusnya dimulai kemarin sesuai perhitungan hisab. Ia tampak lebih menyetujui metode hisab ketimbang rukyat. Akan tetapi, pemerintah mengumumkan puasa hari ini, dan ia lebih memilih mengikutinya ketimbang mempertahankan pendapat pribadinya,” imbuhnya.

Sikap dan pandangan Syekh Musa pun dituliskan dalam Fatḥ al Mun’īm fī Syarḥ Ṣaḥīḥ Muslim yang tampak sangat jelas membela metode hisab. Namun pada akhir penjelasannya, Syekh Musa menyatakan bahwa pada akhirnya masyarakat diharuskan mengikuti keputusan hakim (pemerintah). Hakim lah yang kelak akan mempertanggungjawabkannya di depan Allah mengenai ijtihad dan keputusannya.

Selain yang melihat hilal, yang pengguna hisab harus mengikuti pemerintah. “Mahasiswa Indonesia di Mesir beragam latar-belakangnya. Mungkin kebanyakan mereka berafiliasi pada organisasi-organisasi besar di Nusantara. Selama di Mesir, tak pernah saya mendengar ada friksi hisab-rukyah. Apapun keputusan pemerintah diikuti oleh semuanya. Tak ada yang mempersoalkan metode yang digunakannya,” ungkapnya. (Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA