Terdapat lima perkara yang bisa membatalkan puasa. Kelimanya adalah ghibah atau membicarakan kejelekan orang lain, namimah atau adu domba, berbohong, sumpah palsu, dan memandang dengan syahwat. Karenanya, di sisa Ramadlan hendaknya semua pihak berupaya demi memastikan pahala puasa.
Keterangan disampaikan Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Abdullah Syamsul Arifin. Menurut kiai yang akrab disapa Gus Aab ini bahwa empat dari kelima perkara yang membatalkan puasa itu disebabkan oleh lisan yang tidak mampu dijaga dengan baik.
Ia mengingatkan, keempat malapetaka lisan itu juga bisa membatalkan pahala puasa jika diungkapkan melalui platform media sosial. Ada sebagian orang yang beranggapan sudah bisa menjaga lisan dengan berdiam diri di dalam kamar dan tidak banyak berinteraksi dengan orang lain, sehingga orang tersebut merasa telah menjaga lisan dan tidak mengganggu pahala puasa.
“Dia lupa, lisannya memang terjaga, tetapi di tangannya tergenggam gadget dan dia berinteraksi dengan dunia lain menggunakan tulisan yang dia bagikan melalui berbagai platform media sosial yang di dalamnya ada kebohongan, adu domba, ghibah, bahkan ada sumpah-sumpah palsu,” kata Gus Aab dalam tayangan di TVNU, Kamis (21/04/2022).
Ia menjelaskan bahwa tulisan merupakan salah satu dari dua bentuk lisan. Hal ini menjadi penting untuk dijaga pada bulan Ramadhan. Seorang Muslim tidak hanya perlu menjaga lisan untuk tidak berbicara dengan orang lain, tetapi juga harus menjaga jari-jari agar tidak sembarangan berselancar di media sosial. Lebih-lebih apabila yang ditulis itu mengandung unsur ghibah, adu domba, kebohongan, dan sumpah palsu.
“Jadi sekarang, menjaga lisan tidak hanya diartikan dengan lisan yang kecil bentuknya dan besar mafsadat-nya ini (lidah) tetapi salah satu yang menyamai lisan itu adalah jari-jari kita yang berselancar menulis di papan ketik yang ada di gadget kita, kemudian dibagikan di berbagai macam platform yang ada dunia maya,” ungkap Gus Aab. (Ful)