Search

Pesantren Amanatul Quran Mojokerto, Pusat Pendidikan Santri Tahfidz Quran

Penampilan KH. Saifuddin sangat bersahaja. Wajahnya teduh. Namun dibalik kesederhanaannya itu ia justru menyimpan keikhlasan yang tinggi. Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Quran Baraan Cepokolimo Pacet Mojokerto Jawa Timur itu sangat telaten membimbing ratusan santrinya untuk menghafal al-Quran.

“Nggih. Tahun ini 20 santri yang selesai menghafal Qur’an,” tutur Kiai Saifuddin dengan suara santun. Sebanyak 20 santri itu hafal al-Quran 30 juz. Jadi mereka para hafidz.

Pondok Pesantren Amanatul Quran bersama Prof Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag, pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto.

Hubungan Kiai Saifuddin dengan Kiai Asep Saifuddin Chalim memang sangat erat. Maklum, sejarah perkembangan Pondok Pesantren Amanatul Qur’an tak lepas dari sosok Kiai Asep Saifuddin Chalim.

“Dulu namanya Tahfidzul Quran saja,” tutur Kiai Asep. Tapi setelah Kiai Asep terlibat dalam pembangunan pondok pesantren tersebut akhirnya diubah menjadi Amanatul Quran. Nama itu dinisbatkan kepada Pondok Pesantren Amanatul Amanah yang didirikan dan diasuh Kiai Asep Saifuddin Chalim.

Baca Juga:  Gubernur Jatim Pimpin Acara Peletakan Batu Pertama Masjid Kanzul ‘Arsy di Pesantren Al Fatimah Bojonegoro

Sama dengan Madrasah Hikmatul Amanah. Nama madrasah ini diberi akhiran Amanah juga karena di bawah binaan Kiai Asep Saifuddin Chalim. Lembaga pendidikan Islam yang terletak di Bendungan Jati Pacet Mojokerto itu mengembangkan Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.

Tapi begitu gedung pondok itu berdiri kokoh, datanglah saudara Kiai Saifuddin bersama para keponakannya menemui Kiai Asep. Bukan untuk berterima kasih, tapi mereka malah minta Kiai Asep untuk membongkar gedung tersebut. “Tanah itu milik saya. Saya tidak mewariskan tanah itu kepada Saifuddin,” kata saudara Kiai Saifuddin seperti ditirukan Kiai Asep .

Tentu saja Kiai Asep kaget. Akhirnya Kiai Asep menawarkan solusi. “Kalau begitu sampean jual saja tanah itu. Sampean minta berapa saja harganya, setinggi apapun, saya bayar,” kata Kiai Asep. Saudara dan rombongan keluarganya itu setuju. “Ya, saya bayar,” tutur Kiai Asep sembari heran mengingat peristiwa tersebut.

Baca Juga:  Gelar PeaceSantren, Kemenag Tebar Pesan Damai Bareng Santri di Bulan Ramadlan

Kini Kiai Asep semakin intensif membantu Amanatul Quran. Bahkan hampir setiap ada bantuan dari pihak luar diarahkan kepada Amanatul Quran. Menjelang Idul Fitri beberapa bulan lalu Kiai Asep mendapat bantuan 40 bingkisan dari Pemprov Jawa Timur. “Saya kontak Kiai Saifuddin agar menerima bingkisan itu,” tutur Kiai Asep.

Karena Kiai Asep sendiri pantang menerima bantuan, termasuk dari pihak pemerintah. “Sangat tidak adil kalau saya menerima bantuan, karena masih banyak pesantren kecil yang membutuhkan,” kata Kiai Asep. Apalagi, Kiai Asep sendiri saat itu malah memberikan bantuan 400 ton beras, 40 ribu sarung dan uang Rp 50 ribu setiap orang kepada para relawan penanganan covid-19 dan warga terdampak secara sosial ekonomi.

Baca Juga:  PLN NTT Beri Bantuan untuk Pesantren dan Yayasan

“Sekarang juga ada bantuan sapi untuk qurban. Saya berikan juga ke Amanatul Quran,” kata Kiai Asep. Saat itu Kiai Asep memberitahu Kiai Saifuddin bahwa ada sapi untuk qurban pada Idul Adha. Kiai Asep minta agar Kiai Saifuddin menerima sapi tersebut. “Nggih. Alhamdulillah,” jawab Kiai Saifuddin.

Kiai Asep memang sangat peduli terhadap pondok pesantren dan lembaga pendidikan yang ada di sekitar Pondok Pesantren Amanatul Ummah.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA