Search

Pesantren Al-Baitul Atiiq, Pondok Pesantren Tertua di Ketapang

Hingga kini nama KH. Adra’ie bukanlah nama yang asing bagi masyarakat Ketapang, terutama bagi mereka yang lahir di era 80-an ke bawah. Kendati beliau bukan putra asli daerah yang lahir di Ketapang, tetapi beliau sangat dikenal dekat oleh berbagai kalangan masyarakat, tokoh dan pemerintahan di Kabupaten Ketapang.

Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Ketapang selama dua periode (1987 s.d 1997) ini, adalah orang pertama sebagai pendobrak pendirian pondok pesantren di Kabupaten Ketapang. Kala itu belum ada satupun pondok pesantren berdiri di Kabupaten Ketapang.

“KH. Adra’ie bin Abdul Hamid berasal dari Pulau Masalembu, Sumenep, Jawa Timur. Beliau dilahirkan tahun 1930.” Demikian tutur putra beliau Kyai Faruk Adra’ie, saat menguraikan sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Baitul Atiiq di kanal YouTube Alba Media Ketapang.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Ulul Albab Lumajang, Jadi Rumah Kedua Santri Korban Semeru

Dikatakan Kyai Faruk, Adra’ie remaja adalah alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jatim. Kemudian beliau juga sempat berguru kepada Habib Husen Al-Habsy Bangil dan KH. Hamid Pasuruan.

Ketika umur 40 tahun, beliau pernah merintis pendirian madrasah di kampung halamannya di Pulau Masalembu. “Termasuk saya santri pertamanya.” Tutur Kyai Faruk. “Banyak santri-santri beliau kala itu yang mondok. Pagi harinya belajar di SD. Sore hari mereka ditampung di madrasah. Belajar dari Ashar sampai jam 10 malam.” Imbuhnya.

Kyai Adra’ie hadir di Ketapang dalam rangka mengikuti program tabligh 40 hari. Selama di Ketapang, beliau memperhatikan daerah yang begitu luasnya, tetapi belum ada satupun pondok pesantren yang berdiri. Inilah yang menggugah hati beliau, hingga akhirnya memutuskan diri untuk tinggal di Kabupaten Ketapang. Sampai kemudian mendirikan Pondok Pesantren di tanah Kayong ini.

Baca Juga:  17 MWCNU Se Situbondo dan Utusan Ponpes Serbu MWCNU Suboh Untuk Berbahtsul Masail Problematika Kekinian

Tahun 1987 pada bulan Juli, Kyai Adra’ie resmi mendirikan dan membuka program pendidikan pembelajaran di pondok pesantren. “Waktu itu bukan Baitul Atieq namanya, tapi Darul Arqom. Lokasi di Masjid Al-Istiqomah Desa Padang.” Tutur Kyai Faruk.

Seiring berjalannya waktu, dari tahun ke tahun santri-santrinya semakin bertambah. Hingga pada tahun 1994, Bupati Ketapang H. Sunardi Basnu bersama Kapolres dan Dandim berkunjung ke pondok pesantren, untuk mengadakan pemeriksaan terkait administrasi dan proses pembelajaran pondok.

Disaat itu pula, menurut Kyai Faruk, Bupati meminta kepada Kyai Adra’ie agar nama Darul Arqom diganti. Salah satu penyebabnya karena waktu itu tersebar nama Darul Arqom adalah organisasi terlarang di Malaysia. Sehingga organisasi inipun terlarang di Indonesia.

Baca Juga:  Pesantren Al Madaniah Batam Dapatkan Pendampingan LBH Ansor

“Oleh karena beliau mengganti nama Darul Arqom dengan nama Al-Baitul Atieq. Nama Al-Baitul Atieq diambil dari nama madrasah yang beliau dirikan di Pulau Masalembu, Sumenep, Jawa Timur.” Jelas Kyai Faruk, Wakil Rais Syuriyah PCNU Ketapang.

Pada tahun 1992, Kyai Adra’ie mengadakan pembelian tanah sekitar 9.000 M2. Sejak saat itu pembangunan pondok diarahkan ketempat yang baru. “Alhamdulillah pondok pesantren ini terus berjalan sampai sekarang.” Katanya.

Kepemimpinan pondok pesantren tertua di Kabupaten Ketapang itu selanjutnya di asuh putranya, Kyai Faruk Adra’ie. Sejak berdiri hingga kini telah menghasilkan ribuan santri yang telah tersebar di berbagai kecamatan Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara, bahkan luar Kabupaten Ketapang.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA