Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengungkap berdasarkan hasil asesmen sekolah sebanyak 22,4 persen peserta didik berpotensi mengalami kekerasan seksual. Hal itu disampaikan Nadiem dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Selasa (12/4).
“Kita melihat ada angka yang cukup tinggi 22,4 persen peserta didik yang punya potensi insiden kekerasan seksual dalam definisi kekerasan seksual yang cukup lebar,” kata dia dalam paparannya.
Nadiem mengatakan jumlah tersebut relatif tinggi dan masih harus dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
Menurutnya, kasus kekerasan seksual lebih banyak terjadi di sekolah yang tak memiliki kebijakan terkait pemahaman soal kekerasan seksual.
Kondisi tersebut, kata Nadiem, berbeda dengan sekolah yang lebih terbuka membahas masalah kekerasan seksual di sekolah.
“Guru-gurunya punya pemahaman dan mereka membahas topik itu secara terbuka sehingga level insidensinya jauh lebih kecil,” ujarnya seperti dilanisr dari CNNIndonesia.com.
Di sisi lain, mantan bos Gojek itu juga mengungkap tingginya angka perundungan terhadap siswa di sekolah-sekolah yang lebih tertutup.
“Kalau enggak dibahas dalam sekolah, kalau pemahaman gurunya tidak baik, kalau tidak ada kebijakan atau program, risiko insidensi lebih tinggi,” katanya.
Asesmen nasional merupakan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk memetakan mutu sistem pendidikan pada satuan tingkatan pendidikan dasar dan menengah.
Evaluasi tersebut menggunakan instrumen asesmen kompetensi minimum, survei karakter, dan survei lingkungan belajar.
Pada 2021, asesmen di sekolah tingkat dasar hingga menengah telah dilakukan selama tiga bulan mulai September hingga November.