Beberapa waktu berselang, Presiden Joko Widodo memberikan peringatan keras kepada para menteri dan pejabat negara lainnya untuk menggunakan produk dalam negeri. Kemurkaan Jokowi memgemuka karena masih banyak yang menggunakan produk impor.
Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and Interational Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan, kegeraman Presiden Joko Widodo terhadap sejumlah menterinya yang membeli barang impor untuk pengadaan barang program pemerintah sebagai hal yang wajar. Namun, dia menilai program mencintai produk dalam negeri tidak bisa dipaksakan kepada rakyat.
“Sebagai menteri atau pejabat pemerintahan tertinggi, kalau ada perintah atau program dari presiden tentu harus dijalankan. Kalau terpaksa pun enggak apa-apa,” kata Rizal Ahad (27/03/2022).
Menurut Rizal, pemerintah juga dipersilakan mengajak masyarakat mencintai produk buatan dalam negeri. Namun, menurut dia, bukan berarti pemerintah seolah-olah melarang impor.
“Enggak mungkin Indonesia produksi semua barang-barang yang dibutuhkan. Kalau kita produksi pun mungkin belum tentu bisa dijual dengan harga yang kompetitif,” ujar Rizal.
Rizal mengatakan, kegiatan impor juga turut andil dalam mengembangkan perekonomian. Menurut dia yang menjadi persoalan bukan seberapa banyak produk yang bisa diekspor, tetapi bagaimana kualitas barang yang dieskpor apakah bisa bersaing atau tidak.
“Sebagai contoh Amerika Serikat dan China, mereka buat sendiri produk dalam negeri, produsen, tapi mereka juga impor. Agak against nature kalau melarang impor, boleh gunakan produk dalam negeri, tapi bukan berarti impor dilarang,” ucap Rizal.
Rizal lantas menyinggung soal latar belakang Presiden Joko Widodo sebagai pengusaha. Menurut dia, sebagai pengusaha seharusnya Jokowi memahami alur produksi. Sebab tidak seluruh pengusaha bisa membuat produk dan menguasai semua bahan baku produksi.
“Latar belakang Presiden dia kan pengusaha, mestinya dia memahami dong yang namanya proses produksi enggak bisa dikerjakan semuanya. Pasti dalam proses produksinya ada bahan baku yang diambil dari pengusaha lain atau malah harus diimpor,” ujar Rizal. (Ful)