Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang Rachmat Gobel, mendukung pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar pejabat negara melakukan pemihakan terhadap produk dalam negeri. Ia mengatakan, diperlukan sanksi tegas bagi pejabat negara yang tak berpihak pada produk dalam negeri.
“Harus ada langkah konkret untuk diwujudkan dan harus ada sanksi tegas bagi pejabat yang tidak melaksanakannya. Dan yang tak kalah penting adalah harus menjadi bagian dari proses audit di BPK dan BPKP serta kemudahan masuk dalam e-katalog oleh LKPP,” kata Gobel dalam keterangan tertulis, Jumat (25/03/2022).
Gobel mengatakan, Jokowi sudah beberapa kali mengingatkan agar para pejabat negara tidak berpihak pada produk impor. Bahkan, kata dia, Jokowi sudah mengeluarkan peraturan pemerintah yang meregulasi tentang tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk mengatur pemihakan terhadap produk dalam negeri. Namun, hal tersebut tak dijalankan secara serius, bahkan ada sejumlah regulasi yang bertentangan seperti Permendag No 20 Tahun 2021.
“Jadi pernyataan Presiden ini luar biasa sekali. Ini menggembirakan dan membanggakan. Presiden benar-benar berpihak pada rakyat,” ujarnya.
Gobel mengaku, berkali-kali mengingatkan tentang keharusan pemihakan terhadap produk dalam negeri. Bahkan, ia pernah mempertanyakan efektivitas penyertaan modal negara ke banyak BUMN yang bernilai triliunan terhadap penggunaan produk dalam negeri.
“Jangan malah untuk impor, memperkaya negara lain, dan menyejahterakan buruh negara lain. Ini benar-benar mengkhianati amanat Pembukaan UUD 1945,” ucapnya.
Lebih lanjut, Gobel mengatakan, jika kegemaran impor ini tak dihentikan, hal itu sama dengan memperlemah negara sendiri. “Bukan saja kaki-kaki bangsa dipatahkan, tapi juga jiwa bangsa sedang dibusukkan. Karena rakyat kehilangan harapan, dan penyelenggara sedang menjadi penadah dari praktik mental gampangan dan bukan tidak mungkin bagian dari pembiakan korupsi,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Jokowi mengevaluasi konsumsi anggaran kementerian dan pemerintah daerah yang justru lebih banyak digunakan untuk membeli produk impor. Menurut dia, mayoritas konsumsi barang lebih banyak berasal dari impor dan mengabaikan produk dalam negeri.