Banyak peristiwa penting yang terjadi di bulan Sya’ban. Bahkan dalam sejarah Islam, pada bulan ini Nabi Muhammad SAW mendapatkan mukjizat dari Allah SWT, dengan mampu membelah bulan. Bagaimana kisahnya?
Peristiwa terbelahnya bulan di saat bulan Sya’ban menjadi peristiwa penting yang dikenang sepanjang zaman. Penjelasan tentang hal ini tercatat dalam Kitab An-Nafhah Al-Rabbaniyah fi Khashais asy-Sya’baniyah. Di Kitab ini menjelaskan, bahwa di bulan Sya’ban terukir sejarah penting saat nabi mencoba menyadarkan kaum Quraisy.
Dalam kitab itu Habib Abu Bakar Al-Adni menjelaskan dalam bentuk syair, yang artinya. “Pada pertengahan bulan Sya’ban, ketika matahari ada di posisi Istiwa, dengan kesempurnaan cahayanya di ufuk. Terjadilah perbincangan di sudut kota Makkah, antara Rasulullah dan kaum Quraisy” Rasulullah mengajak mereka (kaum Quraisy) pada kebenaran, agar diri mereka bisa lepas dari jeleknya kesyirikan (Dengan ajakan ini) mereka memberikan syarat berupa bisa melihat terbelahnya Bulan, kemudian bulan terbelah dengan jelas mukjizat nabi yang terpilih pada kaumnya, terdapat dalam Al-Qur’an ayat tentang peristiwa tersebut, maka bacalah agar engkau selamat”.
Setelah Bulan terbelah menjadi dua dengan sangat jelas, dan mereka saksikan secara langsung, apakah mereka beriman? Dalam penjelasan Habib Abu Bakar selanjutnya, “Mereka menginkari dan pergi dalam keadaan sesat sebab kebodohan dan kesombongan (Peristiwa ini) diketahui terjadi pada bulan Sya’ban” (Lihat, an-Nafhah al-Robbaniah fi Khosoisi al-Sya’baniah, 11-12)
Peristiwa terbelahnya Bulan yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW, itu merupakan salah satu mukjizat luar biasa, bahkan diabadikan dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Qamar.
Allah berfirman: “Saat (hari kiamat) semakin dekat, Bulan pun terbelah. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, (ini adalah) sihir yang terus-menerus. Dan mereka mendustakan (Muhammad) serta mengikuti keinginannya, padahal setiap urusan telah ada ketetapannya” (QS Al-Qalam: 1-3)
Menurut Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam kitab Tafsir Munir, ayat tersebut mengisahkan sikap kaum kafir Quraisy yang terus-menerus mendustakan dakwah Nabi. Syekh Wahbah menjelaskan, “Kemudian Allah memberikan kabar terkait sikap dan keras kepalanya orang-orang kafir di hadapan mukjizat ini (terbelahnya Bulan). Allah berfirman, meski orang-orang musyrik melihat tanda-tanda kenabian, dan bukti bahwa Nabi Muhammad benar, mereka tetap berpaling dari kebenaran dan iman padanya, bahkan pergi sambil berkata, ini adalah sihir yang kuat dan hebat, dan melebihi setiap sihir.”
Syekh Wahbah az-Zuhaili melanjutkan, ayat ini merupakan penolakan terhadap permintaan orang-orang musyrik terhadap suatu mukjizat. Ulama mufassirin (ahli tafsir) mengatakan, ketika Bulan terbelah, orang-orang musyrik berkata, Muhammad telah menyihir kita, maka Allah berfirman, mereka akan tetap berpaling meski sudah melihat mukjizat secara jelas, kemudian Allah memperjelas dengan ayat selanjutnya, bahwa orang musyrik akan mendustakan terhadap kebenaran yang didatangkan kepadanya, dan mengikuti sikap condong terhadap keinginan dan persepsinya, bahwa Nabi Muhammad adalah penyihir dan peramal, semua itu disebabkan kebodohan dan sempitnya akal mereka.
Allah kemudian memberikan peringatan bahwa semua bukti sudah Allah tunjukkan pada mereka, dengan bukti yang sangat jelas. Maka kebaikan akan selalu bersama dengan orang baik, begitu pun kejelekan akan selalu bersama dengan orang jelek. (Lihat, Tafsir al-Munir, juz 27, h. 144).
Dari kejadian ini terdapat hikmah yang sangat besar yaitu, orang yang sudah menyaksikan secara langsung bukti kekuasaan Allah, dan bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW sekalipun, dengan sangat jelas dan sempurna, tanpa kekurangan dan kecacatan sama sekali belum tentu mendapatkan hidayah Islam, bahkan kejadian itu sama sekali tidak berfaedah bagi orang-orang yang sudah keras kepala. Wallahu a’lam bisshawab.