Presiden Jokowi melakukan ritual penyatuan tanah dan air yang dibawa para gubernur dari 34 provinsi di kawasan titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin kemarin. Salah satu tanah yang dilebur di ritual penyatuan itu ialah tanah dan air yang dibawa Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dari Bumi Majapahit di Mojokerto.
Tanah dan air yang diserahkan gubernur dari daerahnya masing-masing itu dilebur jadi satu oleh Jokowi di sebuah kendi berukuran besar bernama Kendi Nusantara. Selain seluruh gubernur, turut mendampingi dalam prosesi itu Ibu Negara Iriana Jokowi dan sejumlah menteri. Hadir pula 15 tokoh adat dan masyarakat setempat.
Prosesi Penyatuan Tanah dan Air tersebut, secara khusus dimaknai Presiden Jokowi sebagai bentuk nyata dari kebhinekaan yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Juga sebagai penanda awal pembangunan IKN, Prosesi Penyatuan Tanah bisa diharapkan bisa menjadi simbol dan pengingat bahwa IKN merupakan milik bersama masyarakat Indonesia dari segala penjuru.
“Ini merupakan bentuk kebhinekaan kita dan persatuan yang kuat diantara kita dalam rangka membangun Ibu Kota Negara baru Nusantara ini,” katanya.
IKN Nusantara juga disebut Jokowi sebagai cita-cita bersama Bangsa Indonesia untuk mewujudkan persatuan Bangsa Indonesia yang semakin kuat di masa depan. “Kolaborasi pemerintah pusat dan daerah, TNI-Polri, swasta dan seluruh masyarakat dalam pembangunan IKN akan sangat membantu agar apa yang kita cita-citakan ini bisa segera terwujud,” tandasnya.
Tanah dan air yang dibawa Khofifah dikemas dikemas dalam wadah berupa kendi dan kendil dari tanah liat yang dibalut dengan kain batik khas motif Surya Majapahit Mojokerto serta untaian bunga melati dan kantil. Khofifah menyerahkan tanah dan air kepada Presiden Jokowi untuk kemudian dituang dan dipersatukan ke dalam Kendi Nusantara.
Senada dengan Jokowi, Khofifah menyatakan dukungan penuh Pemprov Jatim dalam proses pembangunan IKN sebagai Ibu Kota Negara yang baru. Pemilihan nama Nusantara oleh Jokowi juga sangat sesuai dengan identitas banga Indonesia akan Bhinneka Tunggal Ika-nya.
“Menurut referensi yang saya baca, dalam sumpah Palapa yang di ikrarkan Mahapatih Gadjah Mada termaktub katan Nusantara yang maksudnya pulau- pulau yang sangat banyak ini adalah satu rangkaian ketika pulau-pulau itu bersatu (NUSANTARA) maka Bhinneka Tunggakl Ika Tanhana Dharma mangrwa kita wujudkan bahwa kebhinekaan ini harus di dalam satu kesatuan dan kebenaran tidak mendua. Hal tersebut termaktub dalam buku Nagarakartagama karya Mpu Prapanca dan Sutasoma karya Mpu Tantular,” sebut Khofifah.
Lebih lanjut Khofifah menceritakan, keistimewaan tanah dan air yang dibawanya dalam prosesi penyatuan tanah bukan sembarangan. Tanah dan air dari Jatim memiliki nilai sejarah dan korelasi yang cukup besar dengan nama Ibukota baru yaitu ‘Nusantara’.
Pasalnya, tanah dan air yang dibawa Khofifah diambil dari Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, yang disebut sejarah sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit, tempat tercetusnya istilah kata Nusantara oleh Mahapatih Gajahmada.
Dalam sumpahnya, lanjut Khofifah, Gajah Mada menyatakan akan berpuasa sampai semua pulau-pulau di wilayah Nusantara menyatu pada abad kejayaan Majapahit yaitu Abad ke-14 dibawah kepemimpinan Ratu Tribuwana Tunggadewi.
“Ini semua tertulis di dalam Buku Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Selain itu ada Buku Sutasoma karya Mpu Tantular yang menuliskan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa,” ujar Ketua Umum PP Muslimat NU itu.
Usai mengikuti prosesi penyatuan tanah dan air bersama Presiden Jokowi, Khofifah dan 33 gubernur lainnya melakukan penanaman pohon di sekitaran kawasan Titik Nol IKN. Setiap gubernur berkesempatan menanam satu pohon endemik di wilayahnya sebagai perwujudan persatuan seluruh provinsi di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah menanam pohon mangga jenis Lalijiwa atau lalijiwo yang merupakan salah satu spesies mangga endemik Jawa. Tumbuhan yang memiliki nama Latin Mangifera Lalijiwa itu terkenal akan kelezatan dan rasa manisnya yang berbeda dari mangga jenis lain. Memiliki warna khas kuning kemerahan ketika masak, nama Lalijiwa sendiri berasal dari kata ‘lali’ yang mempunyai arti ‘lupa’ dan jiwo atau jiwa.