Mungkin banyak orang lupa, jika di bulan Sya’ban merupakan bulan yang istimewa di mata Rasulullah SAW. Karena di bulan ini, amal ibadah atau raport umat manusia akan dilaporkan kepada Allah SWT. Saking istimewanya, Rasulullah pun menjalankan puasa dan memperbanyak dzikir.
Bulan Sya’ban merupakan di antara bulan yang disebut khusus dalam doa Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik. “Ya Allah, semoga Engkau beri keberkahan kepada kami dalam bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan”.
Bulan Rajab sudah terlewati, di mana bisa disebut sebagai bulan bercocok tanam, dan sekarang memasuki bulan Sya’ban, adalah saatnya untuk memperbaiki dan merawat ibadah menjadi lebih baik.
Dengan demikian, di saat memasuki bulan Ramadhan, bisa menjadi bulan di mana saatnya untuk memanen dari ibadah-ibadah di bulan sebelumnya.
Bagaimana bisa memanen dengan melakukan banyak ibadah-ibadah jika tidak dimulai sejak kemarin dan dirawat pada bulan Sya’ban sekarang ini. Imam Dzun Nun al-Mishri mengatakan, “Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban bulan menyiram, dan Ramadhan bulan memanen. Setiap orang akan memanen atas apa yang ia tanam. Barangsiapa yang menyia-nyiakan tanaman akan merugi di waktu panen.”
Pada umumnya, orang akan bersungguh-sungguh memperhatikan bulan Rajab. Karena satu dari empat bulan mulia. Ramadhan merupakan raja di antara bulan-bulan yang lain. Dengan begitu, banyak orang yang menjadi bermalas-malasan di bulan Sya’ban. Padahal hal ini kurang tepat.
Jika bermalas-malasan di bulan Sya’ban, berarti orang tersebut tidak menyirami tanaman yang telah ditanam pada bulan Rajab. Ini bisa berakibat ibadah di bulan Ramadhan mendatang menjadi kurang bergairah, sebab tidak dirawat dengan baik.
Di antara hal penting yang kurang baik dilupakan di bulan Sya’ban adalah berpuasa. Dalam satu riwayat Hadits dari Sayyidah Aisyah, istri Rasulullah pernah bercerita: “Nabi Muhammad tidak pernah melakukan puasa bulanan (selain Ramadhan) lebih banyak dari pada bulan Sya’ban. Sesungguhnya beliau puasa sebulan penuh. (Muttafaq alaih).
Pada riwayat lain, dalam Sunan an-Nasa’i, Rasulullah SAW pernah ditanya Usamah bin Zaid. “Saya tidak pernah melihat baginda Nabi berpuasa di antara bulan-bulan sebagaimana Nabi SAW melakukan puasa pada bulan Sya’ban. Kemudian Rasulullah menjawab, ‘Sya’ban itu merupakan bulan yang dilupakan banyak manusia antara bulan Rajab dan Ramadhan. Di bulan itu, amal-amal dilaporkan kepada Allah SWT. Aku suka jika amalku dilaporkan sedang aku dalam keadaan berpuasa’.”
Dalam hadits tersebut, Rasulullah menjelaskan, Sya’ban merupakan bulan yang dilupakan banyak manusia. Karenanya, sebagai umat Muslim harusnya, bulan ini tidak boleh dilupakan. Caranya, dengan memperbanyak ibadah, seperti berpuasa, shalat di sepertiga malam, memperbanyak dzikir, dan beristighfar kepada Allah SWT.
Sebab, bulan Sya’ban, semua amal ibadah akan dilaporkan kepada Allah SWT, sebelum memasuki bulan Ramadhan. Dan alangkah baiknya ketika amal ibadah dilaporkan dalam keadaan diri kita berpuasa dan meminta ampunan atau merendahkan diri di hadapan Allah SWT.
Semoga di bulan ini, kita semua bisa menjalankan amalan-amalan yang telah dianjurkan oleh Rasulullah SAW, dan bisa menjalankan ibadah puasa maupun berdzikir kepada Allah SWT, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Amiin.